Aminudin menyebut literasi kebahasan dan kesastraan berbicara tentang segala macam yang terkait dengan penggunaan kapasitas intelektual manusia. Dia memaparkan saat diberikan atau disajikan teks atau nonteks, lalu bisa membaca secara kritis, kemudian menggunakan untuk kecakapan hidup kita itu adalah literasi.
"Jadi, ketika kita berbicara literasi sesungguhnya berbicara tentang seluruh kepentingan hidup kita,” kata Aminudin dalam keterangan tertulis, Jumat, 17 Juni 2022.
Sementara itu, terkait pelindungan bahasa dan sastra, Indonesia memiliki 718 bahasa daerah. Provinsi Papua memiliki bahasa daerah paling banyak yaitu 428 bahasa.
“Status bahasa daerah saat ini per 2019, 11 bahasa daerah sudah punah dan terjadi penurunan tingkat vitalitas bahasa. Sebanyak 21 bahasa sudah mengalami kerentanan terancam punah,” tutur dia.
Dia menuturkan bahasa daerah atau bahasa ibu berfungsi emotif. Artinya, kata Aminudin, bahasa daerah sebagai pengungkap rasa, memiliki fungsi politis, memiliki fungsi estetis, memiliki fungsi medis, dan fungsi ekonomis.
“Bahasa daerah bisa dipakai untuk membuat karya-karya sastra daerah, ada sastra lisan, ada sastra tulis, seperti pantun dan sebagainya. Bahasa daerah ini adalah kekayaan kita bangsa Indonesia, karena ada pengetahuan dan ada kearifan lokal,” tutur Aminudin
Selanjutnya, terkait internasionalisasi bahasa Indonesia ada satu pasal dalam Undang-undang Nomor 24 tentang keharusan bahasa Indonesia dipromosikan menjadi bahasa internasional. Bahasa Indonesia memperkaya diri dengan meminjam, mengambil bahasa-bahasa dari bahasa daerah di seluruh Indonesia, serta ditambahkan bahasa-bahasa asing.
"Seperti bahasa Belanda, Cina, Arab, Jepang, Korea, dan berbagai macam bahasa asing lainnya,” tutur dia.
Aminudin menyebut bahasa Indonesia merupakan pengayaan dari bahasa daerah dan pengayaan dari bahasa asing. Bahasa asing adalah bahasa yang bisa digunakan dalam pendidikan dan menjadi sumber bagi pengayaan bahasa Indonesia.
Dia memastikan bahasa Indonesia akan terus diperjuangkan menjadi bahasa internasional. “Ini adalah politik baru kita, melalui perencanaan bahasa Indonesia, antara lain perencanaan status, perencanaan korpus, perencanaan pemerolehan, dan perencanaan wibawa/pemartabatan,” kata dia.
Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Mataram, Arsyad Abd Gani menjelaskan materi kuliah umum arah baru politik bahasa sangat penting untuk menyiapkan calon pendidik yang mempunyai keterampilan berbahasa. Hal itu agar mengemban amanah mulia di tengah masyarakat dalam mendidik generasi bangsa.
"Ketika saya membimbing skripsi mahasiswa itu yang paling banyak masalah adalah persoalan bahasa. Seperti mengatur tata bahasa, Saya melihat mahasiswa itu masih banyak kelemahan,” kata Arsyad.
Arsyad menjabarkan hubungan bahasa dengan masyarakat menjadi kajian menarik untuk memberikan deskripsi keterkaitan aspek kebahasaan, sosiologi, bahkan politik. Kajian kebahasaan sosiolinguistik untuk membedah diplomasi kebahasaan tampaknya tak sampai menyentuh kerangka strategi interaksi dan interrelasi yang berkaitan dengan negara.
"Sementara itu, kajian sosial politik berada dalam ruang lingkup kajian mata rantai politik dan masyarakat serta struktur politik tanpa melibatkan aspek linguistik,” tutur dia.
Arsyad mengatakan untuk membedah arah baru politik bahasa perlu pendekatan baru agar dapat mengupas berbagai fenomena terkait diplomasi kebahasaan tersebut. Dia berharap sivitas akademika di lingkungan UMM dapat memahami berbagai fenomena kebahasaan dalam ruang lingkup kajian mata rantai arah baru politik bahasa.
"Dan dapat kita implementasikan dalam pengajaran dan pendidikan bahasa Indonesia di perguruan tinggi,” tutur dia.
Baca: Kursus Bahasa Indonesia Daring Direspons Positif Peserta Rumania dan Moldova
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News