"Kami sedang merancang aturan bagaimana membuat diaspora itu menjadi bisa juga double afiliasi dengan kampus-kampus," kata Brian dalam acara Konferensi Puncak Pendidikan Tinggi (KPPTI) 2025 di Graha Unesa, Surabaya, Rabu, 19 November 2025.
Sehingga, kampus dapat lebih mudah memiliki jaringan ke dunia internasional. Ia berharap kampus dalam negeri bisa berkomunikasi baik dengan diaspora.
"Kampus adalah tempat berkolaborasinya kita dengan dunia internasional Berbagai jejaring global, mobilitas talenta," ujar dia.
Menurutnya, saat ini ada seribu diaspora di luar negeri yang merupakan talenta unggul bangsa.
Nantinya, diaspora itu bisa direkrut menjadi dosen untuk kampus di dalam negeri bahkan menjadi pembimbing mahasiswa S3.
"Mungkin mereka tidak sempat mengajar karena mereka di sana tetapi membimbing S3, melakukan riset, menemukan inovasi, bekerja sama dengan industri adalah sebuah keniscayaan," ujar Brian.
Ia percaya melalui terobosan ini, kampus di Indonesia dapat memiliki ekosistem lebih baik. Sehingga, negara memiliki fondasi pembangunan yang kuat.
"Bapak-Ibu sekalian tentu publikasi ilmiah, papers, jurnal adalah sesuatu yang terus perlu kita dorong. Tetapi bangsa kita membutuhkan lebih. Kerja sama industri, riset, kemudian hasil-hasil inovasi juga harus terus kita dorong," sebut dia.
Brian mengatakan pendidikan tinggi bukan sekadar sistem pendidikan. Tapi. menjadi bagian ekosistem dari jantung pembangunan negara.
"Dan jika kampusnya maju, semakin banyak kampusnya maju, semakin banyak pusat pertumbuhan ekonomi. Maka semakin maju pula negara itu," tutur Brian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id