Istilah self diagnosis merujuk pada mendiagnosa apa yang sedang terjadi pada dirinya. Seseorang bisa melakukan self diagnosis berdasarkan dari pengetahuan dan informasi yang ia dapat dari berbagai sumber.
Nah, diagnosa mandiri ini akan memberikan dampak positif dan negatif bagi seseorang lho.
“Pada umumnya, seseorang melakukan itu untuk mendapatkan jawaban atau alasan yang sebenarnya terjadi atas kondisi yang sedang ia alami. Sangat sayang jika yang ia lakukan tanpa pemeriksaan oleh ahli di bidangnya,” kata psikolog Dian Kartika Amelia Arbi dalam sharing session di Instagram @univ_airlangga dikutip dari laman unair.ac.id, Rabu, 31 Mei 2023
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga itu mengatakan informasi mengenai kesehatan mental yang dengan mudah tersedia di internet dapat mendorong seseorang melakukan self diagnose. Padahal, informasi tersebut tidak dapat menjadi rujukan.
Dia menyebut informasi itu hanya berisi mengenai gambaran kondisi yang seseorang alami. Gambaran itu dapat menjadi referensi untuk mencari bantuan kepada profesional agar mendapatkan penanganan yang tepat.
“Diagnosa tidak bertujuan untuk melabeli akan tetapi untuk melakukan intervensi yang tepat baik secara fisik maupun psikologis. Sehingga ketika kita salah melakukan diagnosis, bisa jadi perlakuan yang kita berikan untuk diri kita juga salah. Itu akan memperburuk kondisi kita,” ujar Dian.
Dia menyebut ketika seseorang menebak suatu kejadian yang akan terjadi padanya dan kemudian itu benar terjadi, sebenarnya itu bukan karena ia memiliki kemampuan menebak. Tetapi, karena pemikiran tersebut dapat mengarahkan untuk membawa kita menuju pada pemikiran itu.
Dian menekankan untuk mendapatkan penanganan tepat perlu mendatangi psikolog atau psikiater. Dia menjelaskan psikolog dan psikiater memiliki pendekatan berbeda dalam menangani klien.
Psikiater akan melakukan pendekatan secara biologis. Sementara itu, psikolog tidak boleh memberikan obat, sehingga melakukan pendekatan dengan mengubah perilaku dari klien menggunakan terapi.
Universitas Airlangga juga memberikan layanan psikologi pada mahasiswa. Pelayanan tersebut tersedia melalui help center yang akan memberikan bantuan psikologis dasar.
Apabila mahasiswa tidak dapat mendapat bantuan psikologis dasar, ada rujukan ke Unit Pelayanan Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
“Ketika kita sudah mulai merasa aktivitas sosial kita terganggu, seperti konsentrasi menurun, perubahan pola makan dan tidur, relasi sosial terganggu sehingga itu semua dapat mengganggu perkuliahan maupun pekerjaan, maka segera hubungi profesional untuk mendapatkan jawaban atau intervensi yang tepat terhadap kondisi kita,” ujar Dian.
Dia juga menanggapi mahasiswa yang mengalami mental block di masa akhir studi. Dian mengatakan mahasiswa perlu melakukan perubahan pola pikir terhadap situasi yang ada.
Seseorang dapat mengubah pikiran tersebut secara mandiri dengan menentukan tujuan saat kuliah. Apabila ingin mencapai tujuan kuliah, maka kita akan berbuat lebih untuk menyelesaikannya.
Sementara itu, pengelolaan stres bisa dengan aktivitas olahraga secara konsisten. Sebab, secara biologis kita akan mendapatkan hormon yang dapat memunculkan atau memengaruhi mood menjadi lebih positif. Pikiran yang positif itu akan membuat menjadi lebih produktif pada hari itu.
| Baca juga: 4 Cara Kuatkan Diri Hadapi Masalah yang Belum Ada Solusinya |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
