Webinar ini diikuti oleh sejumlah perguruan tinggi di Asia Tenggara. Diskusi berisi tentang sejumlah praktik baik dalam memitigasi perubahan iklim di sejumlah negara.
“Data dari sejumlah organisasi saintifik menunjukkan pola yang sama yakni kenaikan muka air laut dan perubahan pada tanah, yang digerakkan oleh manusia dan perubahan iklim,” ujar Rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Kepulauan Riau Prof Dr Agung Dhamar Syakti dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Dia menambahkan, masyarakat yang hidup di wilayah perairan maupun pulau terpencil telah merasakan dampak dari perubahan iklim tersebut. Sejumlah fenomena alam seperti El Nino juga dirasakan masyarakat dalam beberapa waktu terakhir.
"Perubahan iklim mengacu pada perubahan iklim bumi dalam jangka panjang, terutama karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan, dan perubahan penggunaan lahan," katanya.
Fokus isu pada AHEC Communique Webinar Series #7 yakni pendidikan mitigasi bencana alam, ketahanan lingkungan pesisir, teknologi mitigasi bencana alam, dan pengelolaan bahaya bencana alam.
Dalam webinar kali ini, Universitas Terbuka (UT) bertindak sebagai tuan rumah dari AHEC 2023 Communique Webinar Series #7.
Selain pemateri dari Indonesia, sejumlah pemateri dari sejumlah negara turut memberikan pandangannya di antaranya Menteri Pembangunan Brunei Darussalam Dato Seri Setia Awang Haji Muhammad Juanda Bin Haji Abdul Rasid, ia mengangkat peran pemerintah dalam mengatasi bencana yang disebabkan kenaikan muka air laut.
Selanjutnya Presiden Universitas Chiang Mai, Thailand, Pongruk Sribanditmongkol mengusung topik tentang perspektif perguruan tinggi dalam mengatasi kenaikan muka air laut. Rektor Universitas Studi Komputer Yango, Myanmar, Dr Mie Mie Khin yang mengangkat topik terkait pendekatan berkelanjutan untuk mengelola bencana alam berdasarkan data spasial.
Sementara itu, Rektor UT, Ojat Darojat mengatakan, konferensi itu selain mendiskusikan praktik terbaik yang dapat membantu perguruan tinggi ASEAN dalam meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan pengintegrasian transformasi digital, juga mengeksplorasi cara mempertahankan relevansi perguruan tinggi di tengah banyaknya platform pembelajaran.
“Selain itu, juga mengembangkan kurikulum yang relevan dengan industri dan membangun kemitraan berkelanjutan dengan industri, serta memeriksa masalah etika yang terkait dengan penerapan teknologi baru,” kata Ojat.
Baca juga: 13 Kampus Masuk Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Kependudukan, Ini Daftarnya |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News