Pelaksanaan Kegiatan PKM ini didanai Sekretariat Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Program PKM ini merupakan implementasi atas hasil penelitian tim yang telah dilakukan selama dua tahun pada 27 sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di 17 kota di Indonesia.
Dalam program Pengabdian kepada Masyarakat ini, sebanyak 65 remaja dari SMA Negeri I dan SMA Negeri 2 Tanjung Pandan Kabupaten Belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengikuti program PKM.
Di SMA Negeri 1 kegiatan berlangsung di aula sekolah pada tanggal 17 Desember 2021 dari pukul 8.30 hingga 11.30. Ketua Tim PKM Untar, Fransisca Iriani R. Dewi didampingi mahasiswa dan tenaga adminitrasi menggunakan metode intervensi psikoedukasi dan Journal.
"Intervensi bertujuan untuk meningkatkan resiliensi pada remaja," kata Fransisca, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 29 Desember 2021.
Di tempat yang lain, yakni SMA Negeri 2, Dosen Fakultas Psikologi Untar, Rita Markus Idulfiastri, dibantu dua mahasiswa dan satu tenaga administrasi melakukan kegiatan yang sama. Kegiatan PKM diawali dengan pre-test, administrasi kuesioner dari Skala Resiliensi Remaja dan Skala Kepuasan Hidup.
Dalam memberikan psikoedukasi, narasumber mengajak peserta untuk terlibat dalam diskusi interaktif. "Berawal pengaturan tempat duduk agar menjadi lebih akrab dengan menyusun tempat duduk menjadi letter U, bukan bentuk kelas, dengan memindahkan bangku atau kursi ke samping tembok," terang Rita.
Baca juga: Pendaftaran Penelitian dan Pengabdian Masyarakat untuk Dosen Vokasi Segera Dibuka
Dengan demikian setiap peserta dapat saling melihat teman-teman peserta lain. Kemudian dilakukan pendalaman materi resiliensi. Pengertian resiliensi sendiri adalah kemampuan untuk menghadapi, bangkit, serta menjadi lebih kuat, bahkan menjadi seseorang yang lebih baik akibat berbagai kesulitan dalam hidup.
Resiliensi menjadi penting untuk menghadapi tantangan dan mengontrol situasi. Mengembangkan resiliensi tidak berarti masalah akan berhenti atau menyelesaikan masalah, namun resiliensi akan mengubah cara merespons, berperilaku, dan bertahan saat menghadapi masalah.
Menurutnya, tidak hanya orang dewasa yang mendapat kesulitan dan tantangan hidup. Remaja pun menghadapi masalah. Berbagai trauma dapat terbentuk pada masa remaja.
Perceraian kedua orang tua, kemiskinan, bullying, narkoba hanyalah bagian kecil tantangan remaja. Tidak sedikit remaja mampu melewati masa itu dengan baik, sebab jika gagal menghadapi tantangan, maka kualitas kehidupan mereka menjadi taruhannya yaitu ketidaknyamanan yang terus dirasa hingga usia dewasa.
Jadi, kata dia, remaja harus tangguh untuk menghadapi tantangan. Ketangguhan remaja merupakan modal dalam menghadapi kesulitan, mengelola stres, terhindar dari kondisi depresi, dan perilaku negatif.
Berikut lima faktor yang dapat membangun resiliensi pada remaja Indonesia:
- Kontrol diri, yakni mengetahui dan memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan, serta mampu mengontrol respon perilaku yang muncul.
- Independen.
- Bertanggungjawab atas diri dan lingkungan sekitar. Hal penting yang perlu diingat yaitu kemandirian adalah jalan memperbaiki kesalahan yang dapat membentuk resiliensi.
- Menghargai diri, yaitu kemampuan untuk menghadapi masalah, dan menghindari menyalahkan diri sendiri.
- Rasa percaya yaitu mengetahui dan memahami ada orang yang dapat menjadi panutan, memberikan dukungan serta dapat membantu ketika sedang ada masalah.
Work book dikumpulkan kepada guru penanggung jawab kegiatan PKM atau wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Pada hari keenam atau tanggal 22 Desember 2021, ketua tim pelaksana PKM menerima work book tersebut. Mayoritas partisipan menganggap bahwa jurnal ini cukup bermanfaat.
“Dengan mengisi jurnal ini, saya lebih mengetahui bagaimana saya menjalankan hari-hari saya dan mengetahui kondisi perasaan saya setiap hari,” ujar G, siswa peserta program.
Kesan senada dinyatakan R, siswi peserta program, bahwa ia merasa lebih percaya diri. "Dan saya merasa, saya harus lebih mengenal diri saya kemudian saya merasa lebih lega',” imbuhnya.
Program intervensi ini merupakan langkah awal untuk mengevaluasi efektivitas jurnal resiliensi yang dikembangkan berdasarkan dengan faktor resiliensi yang secara khusus diidentifikasi pada remaja Indonesia. Efektivitas penggunaan jurnal (refleksi harian) memperkuat temuan penelitian sebelum yang juga menemukan bahwa jurnal (refleksi harian) resiliensi dapat meningkatkan resiliensi mahasiswa.
Tim Pelaksana diketuai oleh Dr. Fransisca Iriani R. Dewi, M.Si., dengan anggota Dr. Ir Rita Markus Idulfiastri, M. Psi.T, Meylisa Permata Sari, S. Psi., M.Sc., Stanis Evande, Hotnida Nethania Agatha, Clara Lilianie yang merupakan dosen dan mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News