Satu agenda strategis yang dicanangkan adalah membuka ruang kolaborasi inovasi dengan mitra industri potensial mengoptimasi kapasitas Center of Excellence (CoE) di bidang Kesehatan dan Farmasi; Agro, Energi Baru dan Terbarukan; Manufaktur dan Rekayasa Digital; serta Sosio Humaniora dan Sustainability Management.
“UGM ingin mendorong tumbuh kembang inovasi berbasis riset kampus yang harapannya bisa sepenuhnya nyambung dengan kebutuhan industri dan masyarakat secara luas,” kata Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi (PUI), Hargo Utomo, dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat, 8 Juli 2022.
Hargo menuturkan UGM STP berkomitmen melaksanakan agenda penghiliran inovasi yang sejalan dengan fokus pengembangan dan prioritas nasional. Saat ini, pihaknya bersama dengan Direktorat Penelitian UGM mengawal proses inkubasi dan akselerasi untuk sejumlah produk inovasi yang bersumber dari Fakultas/Sekolah, antara lain FKKMK, Teknik, Sekolah Vokasi, MIPA, dan Farmasi agar inovasi yang dihasilkan bisa segera mencapai tingkat kesiapan untuk diadopsi masyarakat.
“Khusus di bidang alat kesehatan dan farmasi, UGM STP membuka ruang kolaborasi dengan asosiasi industri untuk memperkuat kapasitas diri dalam mengakselerasi penghiliran inovasi. Utamanya akselerasi industri alkes dan produk farmasi yang bertumpu dari hasil-hasil riset perguruan tinggi dan mitra industri,” papar dia.
Hargo menyebut pemerintah Indonesia telah memiliki roadmap pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan sebagai implementasi Inpres Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Namun, setelah enam tahun inpres tersebut terbit belum mampu mendorong pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan secara optimal.
Dia mengatakan UGM berupaya merespons dengan memfasilitasi inovator di kampus agar segera tanggap dan tergerak menggulirkan karya unggulan yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri dan masyarakat luas. Hargo menuturkan untuk mewujudkan kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan di dalam negeri dibutuhkan spirit keterbukaan, keberpihakan, dan kerelaan untuk berbagi porsi seimbang di kalangan pemangku kepentingan.
Dia berharap relasi kepentingan akademia, industri, dan pemerintah untuk peningkatan serapan inovasi industri alkes melalui kebijakan TKDN (tingkat komponen dalam negeri) bisa segera diraih melalui kesediaan pelaku industri memproduksi alkes dan bersama-sama mendorong penggunaan dan pemanfaatannya di dalam negeri.
Hargo mengatakan perguruan tinggi termasuk UGM melalui Science Technopark sebagai unit intermediasi bisa berperan. Caranya, menjembatani inventor/akademia dan pelaku industri dalam membuka ruang kolaborasi untuk akselerasi inovasi, memfasilitasi transfer teknologi, serta menumbuhkembangan perusahaan pemula berbasis teknologi atau startup business.
Hargo mengatakan PRIME SteP project menjadi momentum bagi UGM yang telah memiliki beragam fasilitas penelitian dan pengembangan atau learning center untuk segera bergerak dengan ragam aktivitas kolaborasi lintas dan multidisiplin. Beberapa learning center yang dimiliki UGM, ialah Teaching Industry Learning Center, Engineering Research and Innovation Center, Animal Science Learning Center, Advanced Pharmaceutical Learning Center, Agriculture Learning Center, Integrated Farming Learning Center, Law Learning Center, dan Dentistry Learning Center.
Dia berharap melalui sinergi dan kolaborasi dapat membuka belenggu-belenggu. Baik keilmuan, fisik, dan spasial di lingkup internal UGM maupun pelaku industri dalam penciptaan nilai melalui produk yang berhasil dihilirkan.
Hargo menuturkan keunggulan inovasi perguruan tinggi pada prinsipnya bisa diperoleh melalui implementasi strategi diferensiasi dan efisiensi biaya. Kedua hal tersebut menjadi tantangan ke depan bagi UGM STP untuk menghasilkan produk unggul dan bisa diterima industri dan masyarakat.
“Hal ini perlu diemban bersama dengan optimasi learning center yang difasilitasi oleh UGMSTP dengan PRIME SteP Project untuk lima tahun ke depan di lima bidang yang sejalan dengan prioritas nasional,” ucap dia.
Hargo kembali menekankan PrimeStep Project ini menjadi momentum kuat dengan memberikan stimulan untuk membangun pemahaman bersama terkait peran dan fungsi Science Technopark sebagai agen fasilitator tidak hanya untuk penghiliran (downstream), tetapi juga penghuluan (upstream) inovasi. Selain itu, project ini juga menjadi momentum mengisi wahana kolaborasi pentahelix sehingga interaksi di kalangan pemangku kepentingan bisa saling memberikan kemanfaatan.
“PRIME SteP ini adalah stimulan untuk akselerasi dan membangun pemahaman bersama mengenai STP dan membuka wahana kolaborasi antar stakeholder agar sesrawungan (hubungan) di antaranya konvergen untuk kegiatan yang sifatnya bisa saling memberi kemanfaatan bukan saling memanfaatkan,” papar dia.
Baca juga: Hilirisasi Hasil Riset dan Inovasi, STP UGM Raih Penghargaan Internasional |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News