"Kita lihat bahwa kenapa kita sulit diterima di top PhD program di universitas itu? Karena banyak dari kita yang tidak mempunyai research experience," beber Stella pada Konferensi Puncak Pendidikan Tinggi Indonesia (KPPTI) 2025 di Graha Unesa, Jumat, 21 November 2025.
Kemudian, calon mahasiswa tidak memiliki topik riset yang menjadi fokus di kampus luar negeri tujuan. Stella mengistilahkan tidak ada exposure terhadap tier satu research topics.
"Artinya, kita tidak terekspos terhadap research topic yang juga digeluti oleh mereka yang melakukan research secara internasional," jelas Stella.
Selanjutnya, para calon mahasiswa doktor banyak melakukan publikasi di jurnal yang tidak diketahui atau jurnal yang tidak berskala internasional. "Bukan di jurnal yang dibaca oleh mereka yang berada di lingkungan internasional," tutur Stella.
Baca Juga :
40% PTN Kekurangan Dosen S3
Stella mengatakan persentase dosen bergelar doktor atau yang menyelesaikan studi S3 di Indonesia masih rendah. Jumlahnya hanya 25,7 persen.
"Kita tahu bahwa di Indonesia presentasi dari dosen-dosen kita yang mempunyai PhD baru 25,7 persen," kata dia.
Menurutnya, angka tersebut terbilang rendah dibandingkan dengan negara lain. Misalnya, dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang jumlah dosen bergelar doktor mencapai 37, 6 persen.
Bahkan, di India, kata dia, dosen bergelar doktor mencapai 87,5 persen.
Menurutnya, dosen bergelar doktor sangat penting karena PhD bukan gelar semata.
"Tapi tentu saja PhD ini berkolerasi dengan kualitas riset yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara," sebut dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id