Ketua Tim Kajian Situs Gunung Padang, Ali Akbar, mengatakan kajian tim peneliti nantinya menjadi panduan rekonstruksi. Dari kajian awal diyakini situs Gunung Padang merupakan cagar budaya yang kompleks.
"Nah kajiannya cukup banyak karena situsnya cukup kompleks ya. Yang di permukaan tanahnya cukup luas. Dan ternyata di dalam juga masih ada beberapa lapisan budaya," ungkap Ali di Situs Cagar Budaya Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, Senin, 15 Desember 2025.
Arkeolog dari Universitas Indonesia itu menerangkan situs Gunung Padang tak hanya ada di permukaan, tapi juga memiliki kedalaman. "Karena penelitian kan masih ada yang baru di beberapa meter. Masih ada di bawah sedalam 20 meter masih ada struktur nih," beber dia.
Lapisan-lapisan itu memiliki umur berbeda. "Yang lapisan budaya yang pertama, yang paling muda itu 500 sebelum Masehi. Yang kedua itu 6.000 sebelum Masehi. Yang ketiga masih kontroversi," ungkap dia.
Pada tahap awal rekonstruksi ini, tim akan melakukan penegakan batu. Hal ini akan disesuaikan dengan referensi tim kajian.
"Untuk tahap atau tahun yang sekarang lebih ke penegakan batu. Jadi yang memang sudah kita yakin betul bahwa ada foto-foto lama terus kita wawancara dengan masyarakat bahwa batu itu pernah tegak. Nah itu yang kita rekonstruksi," jelas dia.
Selanjutnya, akan ada pemugaran area situs agar Situs Cagar Budaya Gunung Padang dapat terjaga.
"Nanti pemugaran berikutnya lebih ke penguatan teras samping. Supaya situs ini tidak longsor. Jadi prioritas utama situs ini adalah memperpanjang usianya. Supaya tidak longsor, tidak rubuh. Setelah itu baru kita bisa melakukan kajian yang lebih lanjut," tutur dia.
Dirjen Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan, menjelaskan belum ada tolok ukur pasti mengenai jangka waktu pengerjaan rekonstruksi situs tersebut. Namun, ia memastikan pekerjaannya akan selesai.
"Sampai selesainya lah. Tunggu hasil kajian dulu lah seluruhnya nanti," kata Restu.
Direktur Museum dan Cagar Budaya Kementerian Kebudayaan, Esti Nurjadin, menyebut rekonstruksi Situs Cagar Budaya Gunung Padang merupakan pekerjaan berat. Bahkan, ia menyebut membutuhkan waktu puluhan tanun untuk melakukan rekonstruksi.
"Kita tahu ini bukan pekerjaan yang bisa selesai dalam 1 atau 2 tahun. Ini mungkin bisa butuh 25 tahun baru bisa selesai rekonstruksi," ujar dia.
Karena itu, pihaknya merancang skema kolaboratif untuk rekonstruksi Situs Cagar Budaya Gunung Padang, salah satunya dengan Public Private Partnership yakni dengan swasta. Ia menjelaskan skema tersebut memungkinkan adanya bantuan dana dari pihak luar kementerian, yang artinya rekonstruksi tidak hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan APBN saja. Kita mencoba dibantu oleh swasta supaya ada sektor swasta yang bisa mengurangi anggaran-anggaran dari APBN untuk rekonstruksi ini," kata Esti.
Situs Gunung Padang
Situs Gunung Padang ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya Peringkat Nasional melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 023/M/2014. Arkeolog Junus Satrio Atmodjo menuturkan situs Gunung Padang merupakan tinggalan budaya megalitik berupa punden berundak yang tersusun dari batuan kekar kolom berbentuk balok dengan lima teras berundak.Terdapat nilai-nilai penting Gunung Padang sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional dapat menjadi suatu stimulan dalam upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya. Sehingga, Gunung Padang dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang sebagai bukti kejayaan peradaban nusantara di masa lampau.
Gunung Padang juga merupakan situs arkeologis dan geologis yang unik. Tetapi, rentan terhadap bencana alam, sehingga perlu perhatian khusus dalam pelestariannya
Semua lapisan batuan kolom di bagian atas bukit Gunung Padang disusun oleh manusia dan tidak ada yang alamiah. Lebih lanjut diperlukan penelitian berkelanjutan untuk mengungkapkan lebih banyak tentang situs ini dan mengembangkan potensi pariwisata yang dapat mendukung ekonomi lokal dan melestarikan kebudayaan Indonesia.
Situs ini juga dinilai memiliki makna spiritual dan historis. Dalam kontes tersebut kemungkinan Gunung Padang bukan hanya struktur alami tetapi juga dibentuk oleh manusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News