Ilustrasi siswa PAUD. MI/Susanto
Ilustrasi siswa PAUD. MI/Susanto

Kurikulum Merdeka Tak Permasalahkan Siswa PAUD hingga SD Kelas 2 Belum Bisa Calistung

Ilham Pratama Putra • 30 Januari 2024 11:19
Jakarta: Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek, Iwan Syahril, menyebut dalam Kurikulum Merdeka siswa PAUD hingga SD Kelas 2 tidak diharuskan memiliki kemampuan baca, tulis, hitung (calistung). Selama ini, kemampuan calistung sangat diwajibkan pada siswa jenjang tersebut.
 
"Bapak-Ibu yang bingung, untuk para guru-guru dan kepala sekolah, gunakan saja Kurikulum Merdeka," kata Iwan melalui siaran YouTube Direktorat Sekolah Dasar, Selasa, 30 Januari 2024.
 
Iwan menuturkan dalam Kurikulum Merdeka tak masalah siswa PAUD hingga SD kelas 2 belum bisa calistung. Pembelajaran pada jenjang tersebut disesuaikan dengan kebutuhan anak.

"Disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak. Jadi, ini merupakan salah satu menurut saya keunggulan dari Kurikulum Merdeka yang bisa dieksplorasi bersama-sama," ujar dia.
 
Iwan mengatakan untuk bisa menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak pada jenjang tersebut, terdapat fondasi yang mesti disiapkan.
 
"Yang pertama, bagaimana kita menunggu kembangkan anak untuk meletakkan kemampuan mengenal nilai-nilai agama dan budi pekerjaan. Ini sangat penting yang perlu kita keluarkan pada PAUD dan SD kelas awal, kelas satu dan kelas dua," jelas dia.
 
Kedua, membantu anak untuk bisa memiliki keterampilan dalam sosialisasi, kemampuan sosial, berkomunikasi. Ketiga, membantu anak untuk bisa memahami dan meregulasi emosi, mengenal emosi, dan bisa mengatur emosi.
 
"Keempat, kita bisa membantu anak-anak kita meletakkan fondasi kemampuan motorik kasar dan motorik halus. Sekali lagi, bukan hanya di PAUD tapi juga SD kelas satu dan kelas dua," kata Iwan.
 
Kelima, yaitu kemampuan kognitif. Iwan mengakui memang ada calistung, tapi bukan menjadi satu-satunya kemampuan kognitif yang diwajibkan.
 
Pengajaran calistung mesti dilakukan dengan cara menyenangkan. Dia menyebut tidak masalah kalau seandainya anak belum bisa baca, tulis, hitung.
 
Iwan menegaskan terpenting kemampuan kognitif secara keseluruhan. Bagaimana anak itu memiliki pertanyaan, penasaran, yang merupakan modal penting dari belajar.
 
"Dan yang keenam, yaitu kecintaan terhadap belajar. Belajar adalah sesuatu yang menyenangkan. Belajar adalah sesuatu yang mereka rindukan, bukan hal yang menakutkan dan membuat mereka tertekan," tutur dia.
 
Baca juga: Kemendikbudristek Beberkan 6 Fondasi Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan di 2024

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan