Ketua Divisi Gender dan Anak, Satgas PPKS Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Putri Aisyiyah Rachma Dewi mengatakan angka kekerasan pada anak kian mengkhawatirkan. Lingkungan tempat anak belajar dan bermain semakin tidak aman serta mengancam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
“Kultur masyarakat kita sangat permisif terhadap budaya kekerasan bahkan anak-anak ini terancam tidak hanya dari orang dewasa tapi juga dari anak-anak yang lain. Masyarakat cenderung permisif dan kekerasan semakin dianggap wajar,” ujar Putri dikutip dari unesa.ac.id, Senin, 25 Juli 2022.
Putri menyebut kekerasan seksual juga sering menimpa anak-anak. Angka kekerasan seksual pada anak semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Pelaku kekerasan seksual tidak melulu orang asing. Namun, orang-orang terdekat anak justru menjadi pelaku. Ada kerabat, tetangga, bahkan keluarga inti.
Putri menyebut daya nalar anak yang masih belum kompleks serta pola pikir sederhana bukan menjadi faktor kekerasan seksual pada anak. Tetapi lingkungan sekitar yang tidak mampu memberikan perlindungan maksimal kepada anak.
“Salah satu lingkungan yang dimaksud ialah keluarga. Orang tua terkadang merasa kebutuhan anak hanyalah pangan, sandang, dan papan, sehingga orang tua cenderung sibuk dan kurang memberikan perhatian lebih kepada anak seperti bermain dengan siapa saja, lama bermain, dan perhatian sejenisnya,” papar Putri.
“Saya kira negara juga harus hadir untuk menciptakan lingkungan publik yang ramah anak, taman-taman kota diperbanyak mainan anak dengan perlindungan yang aman, seperti tersedianya matras agar saat anak terbentur tidak mengalami luka dan sebagainya,” beber dia.
Putri menegaskan kekerasan seksual bisa berdampak serius terhadap fisik dan psikis anak. Selain itu juga berpengaruh terhadap cara pandang anak terhadap seksualitas dan dampaknya akan terbawa sampai dewasa apabila anak tersebut tidak diberikan perhatian lebih.
“Bayangkan anak yang masih belia masih belum tahu apa pun, tiba-tiba mendapatkan pengalaman seksual pertamanya dari orang lain. Sex education itu penting meski memang masih tabu sekali untuk dijelaskan ke anak-anak,” tutur dia.
Kaprodi PGSD Unesa, Mintohari, menuturkan hal yang dialami anak akan terus tertanam sampai dewasa. Ketika anak tersebut dewasa akan cenderung antipati, ketakutan, dan merasa minder saat bergaul dengan teman maupun berinteraksi dalam lingkungan masyarakat.
Selain itu, anak juga bisa memiliki pemikiran untuk balas dendam dan melakukan hal serupa kepada anak lainnya. Anak merasa apa yang mereka rasakan dulu harus dirasakan anak lainnya.
“Anak yang mengalami kekerasan seksual akan trauma. Kalau trauma fisik mudah disembuhkan, tetapi kalau trauma psikologis itu pasti sulit disembuhkan. Sehingga harus diberikan penanganan tertentu seperti pendampingan. Jika tidak, efeknya akan terbawa sampai dewasa,” tutur dia.
Mintohari menyebut pendidikan seks penting diberikan kepada anak. Yaitu ketika anak sudah mulai mengenal diri sendiri, orang lain, serta sudah bisa berkomunikasi maupun berinteraksi dengan orang lain.
Edukasi yang paling awal diberikan yaitu mengenal organ atau tubuh sendiri, anggota tubuh mana yang harus ditutup, dan mana yang boleh diperlihatkan. Anak juga perlu diajarkan cara berpakaian dan memperlakukan teman sebaya yang berlawanan jenis.
Saat ini, kurikulum kelompok belajar TK sudah mulai memasukkan materi organ tubuh, siapa saja yang boleh menyentuh, dan apa yang harus dilakukan. Apabila ada orang asing yang menyentuh, anak bisa berteriak dan berlari mencari pertolongan orang sekitar.
Mintohari berharap berbagai kasus yang menjerat anak menjadi perhatian bagi semua pihak. Dia menyebut Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli perlu menjadi penguatan terhadap gerakan kesadaran untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang aman dan nyaman bagi tumbuh dan berkembangnya anak.
“Hari peringatan begini kan tidak sebagai seremonial yang meramaikan kalender. Namun, harus benar-benar menjadi bagian dari gerakan meningkatkan rasa kepedulian terhadap anak serta menjamin pemenuhan hak anak atas hak hidup, tumbuh, dan perlindungan,” tegas dia.
Baca juga: Presiden: Kekerasan dan Perundungan pada Anak Tanggung Jawab Kita Semua |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News