Yayasan Cinta Bella (YCB) berjuang menyelamatkan anak yang kehabisan harapan hidup karena otaknya lumpuh (Cerebral Palsy) yang berlokasi di Kota Timika, Papua (Foto:Dok.Benihbaik.com)
Yayasan Cinta Bella (YCB) berjuang menyelamatkan anak yang kehabisan harapan hidup karena otaknya lumpuh (Cerebral Palsy) yang berlokasi di Kota Timika, Papua (Foto:Dok.Benihbaik.com)

Mengenal Sekolah untuk Anak Disabilitas: SLB dan Sekolah Umum, Mana Lebih Baik?

Renatha Swasty • 24 Februari 2023 12:37
Jakarta: Orang tua yang memilki anak berkebutuhan khusus terkadang masih belum memahami perbedaan antara sekolah luar biasa (SLB) dan sekolah (umum) inklusi. Mana yang lebih baik untuk anak berkebutuhan khusus?
 
Dosen Pendidikan Luar Biasa (PLB), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Muhammad Nurul Ashar, menjelaskan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) terbagi menjadi dua jenis, yakni sekolah umum inklusi dan sekolah luar biasa (SLB). Dia menuturkan sekolah ABK menyediakan pelayanan bagi siswa disabilitas, sementara itu secara regulasi tidak ada SK yang menetapkan sekolah inklusi atau tidak, tetapi berdasarkan komitmen, layanan, dan sumber daya di sekolah.
 
Ashar mengatakan sekolah inklusi bagus untuk anak berkebutuhan khusus karena mereka bisa belajar sosialisasi dengan lingkungan umum. Hal itu diharapkan menjadi bekal saat mereka terjun di tengah masyarakat dan siap mandiri.

“Namun, yang jadi tantangannya di sekolah umum tentu terkait keterbatasan guru ABK, sarana-prasarana hingga pembelajaran atau pembinaan yang mungkin tidak benar-benar khusus sesuai kebutuhan anak. Selain itu ya masih ditemukannya bullying pada ABK,” ucap Ashar dikutip dari laman unesa.ac.id, Jumat, 24 Februari 2023.
 
Selain itu, aksesibilitas dan infrastruktur sekolah umum bisa saja tidak seluruhnya ramah disabilitas. “Banyak juga sekolah umum yang tidak berani ABK karena keterbatasan SDM, apalagi kalau zonasi. Kalau SDM kurang tentu pembinaannya pun kurang maksimal,” ujar dia.
 
Sementara itu, SLB merupakan sekolah yang dirancang khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Ashar mengatakan mulai dari infrastruktur, SDM, sistem pembelajaran, dan semua aspek disiapkan untuk menunjang tumbuh dan berkembangnya ABK.
 
Dia menyebut belakangan SLB semakin berkembang, seperti SLB khusus autis, tunanetra, tunarungu dan sebagainya. Hal ini tentu semakin memberikan spesialisasi bagi masing-masing anak disabilitas.
 
Ashar mengatakan SLB ini tentu berdasarkan SK. Sekolah ini sudah banyak dan terus bertambah di berbagai daerah.
 
“Sayangnya dari data dapodik ketersediaan SLB seluruh Indonesia hanya berkisar ratusan sekolah dan banyak berpusat di Jawa. SLB berstatus negeri juga sangat sedikit sehingga bagi orang tua dengan kondisi ekonomi kurang harus mempertimbangkan biaya jika masuk SLB swasta,” beber dia.
 
Ashar menyarankan orang tua yang memiliki anak penyandang autism untuk memahami kebutuhan dan kemampuan anaknya terlebih dahulu. Sebab, autism pada setiap anak kondisinya berbeda-beda sehingga harus diperhatikan karakteristik dan kecocokannya.
 
“Setelah 6 tahun apakah anak pernah mendapat terapi atau tidak. Kalau yang belum pernah ikut program terapi itu disarankan untuk ke SLB karena guru-gurunya bisa memberikan terapi sambil sekolah,” tutur dia.
 
Ashar menyarankan orang tua yang ingin memasukkan anaknya ke sekolah umum inklusi untuk jujur sejujur-jujurnya dengan kondisi sang anak. Hal ini agar sekolah bisa mempersiapkan sesuai kebutuhan anak termasuk guru pendamping.
 
“Nah, kadang ada pula ABK yang tidak perlu guru shadow tergantung dari kemampuan sang anak. Itu juga harus disampaikan ke sekolah,” ujar dia.
 
Dosen prodi Pendidikan Luar Biasa (PLB) itu menentang keras pendapat ABK tak butuh sekolah. Dia mengatakan tanpa sekolah anak disabilitas akan semakin sulit beradaptasi dan belajar mengembangkan diri.
 
Terlebih, di Indonesia semua masih mengandalkan ijazah. Tentu ini berpengaruh bagi masa depan anak. Misalnya, orang tua tidak mau anaknya disekolahkan, juga bisa disiapkan homeschooling atau tetap ikut sekolah tidak full.
 
Selain itu, agar anak mau sekolah orang tua perlu memberikan support seperti membangun adaptasi dan kesadaran pentingnya sekolah sejak dini. Orang tua diharapkan tidak memasang target penguasaan keterampilan pada anak, karena setiap anak memiliki potensi dan keahlian berbeda.
 
Baca juga: 6 SLB Dapat Donasi Alat Seni di Hari Disabilitas Internasional

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan