Jenderal Sudirman. DOK Perpusnas
Jenderal Sudirman. DOK Perpusnas

Kisah Jenderal Soedirman, Panglima Besar TNI yang Pantang Menyerah Berjuang di Tengah Sakit

Renatha Swasty • 09 Desember 2024 15:33
Jakarta: Jenderal Soedirman, tokoh besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, telah meninggalkan jejak luar biasa yang terus menginspirasi generasi bangsa. Dedikasi dan pengorbanan Soedirman sebagai Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) perlu terus diwariska.
 
Yuk kita kenalan lebih jauh dengan Jenderal Soedirman dikutip dari unggahan Instagram @pknstan:
 
Lahir pada 24 Januari 1916 di Dukuh Rembang, Purbalingga, Soedirman adalah putra dari pasangan Karsid Kartowiraji dan Siyem, seorang petani sederhana. Meski hidup di tengah keterbatasan, Soedirman menunjukkan tekad luar biasa sejak dini.

Ia mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Cilacap, kemudian melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Wirotomo. Soedirman belajar nilai-nilai kepemimpinan dan perjuangan saat aktif di organisasi kepanduan seperti Hizbul Wathan.
 
Karier militernya dimulai saat bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA) di masa pendudukan Jepang. Setelah proklamasi kemerdekaan, Soedirman diangkat sebagai Panglima Divisi V Purwokerto.
 
Pada 18 Desember 1945, ia resmi menjadi Panglima Tertinggi TKR (cikal bakal TNI). Tak lama kemudian, Presiden Soekarno melantik Soedirman sebagai Panglima TNI pertama pada 27 Juni 1947.
 
Baca juga: Mengenal Jenderal Soedirman, Bergerilya dengan Satu Paru-Paru

Invasi Belanda pada 1948 menjadi salah satu babak paling heroik dalam perjalanan hidup Soedirman. Meski menderita penyakit tuberkulosis, ia memilih memimpin perang gerilya melawan pasukan Belanda.
 
Perjalanan panjang melintasi hutan dan gunung dari Yogyakarta hingga Banyutuwo menunjukkan semangat pantang menyerahnya. Soedirman bahkan dikenal sering memberikan motivasi kepada anak buahnya dengan kutipan seperti, "Kamu bukanlah tentara sewaan, tetapi prajurit yang berideologi, sanggup berjuang menempuh maut untuk kelahiran Tanah Airmu".
 
Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada Desember 1949, Soedirman tetap dipercaya sebagai Panglima Tertinggi TNI. Namun, perjuangannya terhenti pada 29 Januari 1950 saat ia wafat di usia 34 tahun.
 
Jenderal Soedirman dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta dan pada 10 Desember 1964, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
 
Nama Jenderal Soedirman terus dikenang dalam berbagai bentuk penghargaan, seperti nama jalan, sekolah, hingga rumah sakit. Kisahnya mengajarkan bahwa perjuangan membutuhkan ketulusan, sebagaimana ia pernah berkata, "Hendaknya perjuangan kita harus kita dasarkan pada kesucian".
 
Sebagai bangsa yang menghargai sejarah, kita wajib meneruskan nilai-nilai perjuangan dan semangat pantang menyerah yang diwariskan oleh Jenderal Soedirman. (Suchika Julian Putri)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan