Salah satunya, Abdullah Al Hazmy, yang juga peserta didik Program Profesi Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (IKFR) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair). Hazmy menjalankan tugasnya bersama beberapa rekan lainnya.
Ini bukan kali pertama Hazmy mendampingi atlet disabilitas. Dia sudah beberapa kali terlibat langsung dalam pendampingan atlet disabilitas. Saat masih menjadi dokter umum pada 2017, ia sudah terjun langsung dalam pemeriksaan kesehatan atlet disabilitas.
“2018 saat Asean Para Games di Jakarta Palembang itu juga terlibat pengecekan kesehatan atlet. 2019 menjadi dokter di sekolah olahraga disabilitas milik Kemenpora. 2022 waktu Asean Para Games di Solo juga ditugaskan menjadi dokter kontingen atlet,” ungkap Hazmy dikutip dari laman unair.ac.id, Selasa, 13 Juni 2023
Pada 2023, Hazmy dipercaya kembali menjadi tim dokter medis atlet disabilitas pada ajang Asean Para Games. Baginya, menangani atlet disabilitas dengan atlet pada umumnya tidak memiliki perbedaan.
“Cedera yang terjadi umumnya sama dan penanganannya tidak jauh berbeda,” ujar dia.
Hazmy mengungkapkan atlet disabilitas memiliki risiko cedera lebih besar. “Faktor disabilitas yang menyebabkan risiko cedera lebih tinggi,” tutur dia.
Dia memberikan contoh pada atlet yang salah satu kakinya diamputasi. Kaki yang sehat akan menjadi tumpuan dalam melakukan aktivitas. Hal ini akan menyebabkan atlet lebih mudah lelah dibandingkan dengan atlet pada umumnya.
Contoh lain, atlet yang menggunakan bantuan kursi roda akan lebih mudah mengalami sakit punggung karena duduk dalam jangka waktu lama.
Hazmy menceritakan untuk memperoleh gelar juara umum pada Asean Para Games 2023 tidaklah mudah. Sebagai tim dokter, Hazmy dan rekan-rekannya memiliki tantangan untuk meningkatkan kebugaran dan performa atlet.
Di sisi lain dengan kondisi disabilitas, atlet yang tergabung dalam Pelatnas harus menjalani sembilan kali sesi latihan dalam satu minggu. “Latihan ini yang membuat risiko cedera dan kelelahan tinggi. Tapi kami juga bekerja sama dengan tim lain untuk proses penyembuhannya,” beber dia.
Hazmy menyebut olahraga disabilitas bukan hal baru. Namun, di Indonesia masih belum banyak yang terlibat. Padahal, kata dia, pekan olahraga paralympic bisa memberikan jalan dan pilihan kehidupan baru bagi disabilitas.
“Menjadi seorang atlet bisa menjadi mata pencaharian juga bagi orang dengan disabilitas. Dengan ikut dalam kegiatan ini mereka enggak harus mengurung diri di rumah dan merasa nggak percaya diri,” ucap dia.
Hazmy berpesan kepada orang dengan disabilitas apa pun kondisinya masih bisa berkarya. Apabila ingin terjun ke dunia olahraga disabilitas profesional dapat mendaftarkan diri melalui National Palalmypic Committee (NPC) kabupaten/kota bahkan provinsi.
“Kalau sudah bergabung di NPC bisa berlatih dan bermain di level nasional atau internasional,” tutur dia.
Baca juga: Prestasi di Asean Para Games 2023 Jadi Energi Pembangunan Olahraga Disabilitas di Indonesia |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id