Dosen Universiteit Leiden, Suryadi. DOK Unair
Dosen Universiteit Leiden, Suryadi. DOK Unair

Belum Banyak yang Kenal, Baginda Dahlan Abdoellah Berkontribusi Besar untuk Nasionalisme Indonesia

Renatha Swasty • 12 Juni 2023 18:39
Jakarta: Nama Baginda Dahlan Abdoellah mungkin belum terlalu dikenal. Namun, siapa sangka, tokoh nasional itu memberikan banyak kontribusi untuk nasionalisme Indonesia.
 
“Tokoh ini mungkin jarang dikenal dan punya alasan karena dia orang yang low profile, tapi banyak memberikan kontribusi nasionalisme di luar negeri,” kata dosen Universiteit Leiden, Suryadi, dalam seminar nasional dengan tema Manusia dalam Kemelut Sejarah: Inspirasi dari Tokoh Pejuang dan Kemanusiaan yang digelar Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (Unair) dikutip dari laman unair.ac.id, Senin, 12 Juni 2023.  
 
Dahlan lahir di Desa Pariaman pada 15 Juni 1895. Ayahnya bernama Bagindo Abdoellah dan ibunya bernama Siti Alidjah. Apabila dibandingkan dengan saudara-saudaranya, Dahlan jauh lebih unggul dalam bidang pendidikan.

Pada 1902, dia mengikuti ‘sekolah rendah’ di Padang, kemudian melanjutkan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) sampai tamat pada 1907. Selanjutnya, Dahlan bersekolah di Kweekschool (Sekolah Raja) di Fort de Kock (Bukittinggi).
 
“Yang menarik, dia sekelas dengan Tan Malaka dan gadis pertama Minangkabau yang mendapatkan pendidikan sekuler, yaitu Sjarifah Nawawi,” kata Suryadi.
 
Saat umur 18 tahun, Dahlan pergi ke Belanda untuk bersekolah di Haagsch Genootschap Kweekschool, Den Haag, pada 1913 dengan bantuan beasiswa sebesar 75 gulden per tahun.
 
Ketika Dahlan mendapatkan sertifikat mengajar ‘sekolah rendah’ di Den Haag, dia mulai pindah ke Leiden dan tertarik dengan Perhimpoenan Hindia atau De Indische Vereeniging yang sudah berdiri sejak 1908.
 
“Dahlan diundang dalam sebuah ulang tahun dari mahasiswa Indologie di Leiden dan pada masa itu dia mewakili Perhimpoenan Hindia untuk memberi ceramah. Itu keterlibatan pertama dalam ikut Perhimpoenan Hindia,” beber Suryadi.
 
Suryadi menyebut ketika Dahlan menyampaikan ceramah di Leiden University pada 23 November 1917, terdapat salah satu pernyataan yang membuat semua orang kaget.
 
“Kami orang Indonesia ingin mendapatkan hak yang lebih besar untuk ikut memerintah negeri ini. Itu pernyataan paling radikal yang membuat semua orang kaget,” ujar Suryadi.
 
Pernyataan itu membuat Dahlan terkenal sebagai figur radikal dalam Perhimpoenan Hindia. Keterlibatan Dahlan dalam organisasi tersebut adalah menjadi voorzitter atau ketua organisasi pada 1917.
 
Dahlan aktif dalam berbagai kegiatan, baik secara akademik, sosial, dan politik. Kontribusi Dahlan lainnya selama di Belanda adalah merayakan ulang tahun pendirian Boedi Oetomo pada Mei 1918.
 
Dahlan menerbitkan buku Soembangsih, yaitu buku yang membahas tentang catatan-catatan terkait Boedi Oetomo. Selain itu, Dahlan menjadi orang pertama yang menerjemahkan buku Habis Gelap Terbitlah Terang karya R.A. Kartini, bukan Armijn Pane yang terkenal hingga saat ini.
 
“Edisi pertama bahasa melayu surat-surat tadi itu (surat Kartini) diterjemahkan oleh Dahlan atas editor J.H. Abendadon yang terbit di Semarang, G.C.T. van Dorp & Co. Dan dialah bersama tiga saudara lainnya yang menciptakan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Dan kemudian orang Indonesia hanya tahu Armijn yang menciptakan itu, itu salah sama sekali, Dahlan yang menciptakan itu,” beber Suryadi.
 
Baca juga: Buya Hamka: Si Bujang Jauh Ulama dan Sastrawan di Tanah Melayu

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan