“Kita sudah lama dan memiliki tiga reaktor di Bandung, Puspiptek Serpong, dan Yogyakarta,” ungkap dia.
Handoko juga menjelaskan tentang tantangan diaspora untuk kembali ke Indonesia. Dia mengungkapkan pihaknya melakukan hunting untuk SDM unggul secara proaktif ke berbagai perhimpunan mahasiswa Indonesia dan kampus-kampus.
“Pertama adalah periset, yakni seberapa jauh kita melanjutkan aktivitas riset. Saat ini dari sisi take on pay untuk di BRIN sudah sangat memadai jika dibandingkan dengan Malaysia. Sehingga kita cukup kompetitif dari sisi gaji. Dari sisi prospek penting, itulah sebabnya kita banyak membuat skema-skema yang belum pernah ada di negara ini, antara lain skema mobilitas periset maupun berbagai skema hibah periset,” jelas dia.
Handoko mengungkapkan setelah integrasi dana BRIN cukup memadai karena BRIN telah melakukan perubahan pola manajemen riset. Biaya yang paling besar pertama adalah infrastruktur, seperti investasi, pemeliharaan maupun operasional. Kedua, biaya sumber daya manusia yaitu gaji.
“Untuk biaya bahan riset lebih murah, kita memakai sistem di berbagai negara yaitu kompetisi, jadi setiap orang harus berkompetisi untuk mendapatkan dana riset untuk bahan, sehingga banyak tim-tim riset sudah bisa riset karena infrastruktur ada. Infrastruktur inilah yang kita buka aksesnya, termasuk untuk kampus dan tidak hanya untuk periset BRIN,” tutur dia.
Handoko menjelaskan ada sembilan skema hibah riset dan inovasi, terdiri atas skema riset ada empat, sedangkan lima untuk skema inovasi. Contoh skema inovasi, yaitu skema pengujian produk inovasi kesehatan untuk uji klinis tidak diberikan ke periset, tetapi ke tim uji klinis yang independen bermitra kepada pelaku usaha seperti industri farmasi. Hal ini akan mempercepat kandidat seperti obat bisa dikomersialisasi.
Selain itu, Handoko berharap periset BRIN benar-benar bisa menjadi terdepan secara global dan periset yang akan membawa daya saing negara dan bangsa. “Kita harapkan periset BRIN harus menjadi periset-periset unggul yang mampu menjadi yang terdepan dan membawa gerbong para periset dan inovator Indonesia dari mana pun mereka berasal seperti industri, kampus,” kata Handoko.
Baca juga: Mengenal Zoonosis: Penyakit yang Ditularkan Hewan Penyebab Cacar Monyet Hingga AIDS |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News