Ketua Program Studi Pascasarjana UMB Heri Budianto mengatakan di era digital sekarang, media massa dan media sosial sangat penting. Lalu apa tantangannya? Heri mengungkapkan tantangannya adalah saat ini media sosial sudah memasuki sendi-sendi kehidupan masyarakat.
"Tantangannya adalah fakta geliat media sosial begitu kuat memasuki sendi-sendi kehidupan masyarakat, menerobos ruang dan waktu, yang juga menjadi tantangan bagi media mainstream,” jelas Heri dalam sambutannya dalam webinar yang digelar pada Sabtu, 11 Juni 2022.
Hadir sebagai pembicara dalam webinar tersebut, antara lain Yan Kurniawan (Analis senior Drone Emprit), Gilang Iskandar (Sekjen Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI)), Wenseslaus Manggut (Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI)/CCO KLY), dan Ahmad Mulyana (dosen Magister Ilmu Komunikasi UMB). Masing-masing narasumber mengungkapkan tantangan yang dihadapi media mainstream di era media sosial.
1. Tantangan membangun engagement publik
Pertama media mainstream saat ini harus membangun engagement publik di media sosial. Hal tersebut disampaikan Yan Kurniawan. Yan menjelaskan dalam konteks itu, media online atau media mainstream diharapkan memiliki strategi yang baik, dengan memperhatikan isu-isu menarik di publik.“Publiklah yang menentukan media mana yang dia konsumsi. Media sosial bisa digunakan untuk melihat isu apa yang sedang menjadi perbincangan publik," paparnya.
2. Pionir informasi
Posisi media mainstream dituntut tidak hanya menyajikan konten untuk legitimasi, tapi bisa juga menjadi pionir sekaligus legitimasi informasi yang sedang menjadi perhatian masyarakat. Jika informasi terlebih dulu muncul di media sosial, kemungkinan besar engagement publik media mainstream menjadi rendah."Tapi media mainstream bisa menjadi legitimasi bagi informasi di media sosial. Ke depan, media mainstream diharapkan menjadi pionir legitimasi ini. Media mainstream berperan penting karena tingkat hoax tidak dapat dihindari, masih cukup tinggi," jelas Yan.
3. Konvergensi, globalisasi, dan perubahan demografi
Sementara itu, Gilang Iskandar mengungkapkan bahwa saat ini televisi menghadapi tantangan konvergensi, digitalisasi, globalisasi dan perubahan demografi."Salah satu tantangan terkait konvergensi (telekomunikasi, penyiaran, dan internet) adalah belum adanya regulasi yang fair," ungkapnya.
Gilang menyebut saat ini televisi tidak lagi hanya bersaing dengan sesama televisi, tapi melebar dengan media baru (Netflix, Youtube). Ia menjelaskan terdapat ketidakadilan antara televisi dan media baru di sisi regulasi.
Televisi free to air diatur sangat ketat. Sedangkan media baru nyaris tidak diatur, padahal berada di sektor yang sama, mencari iklan.
Terkait regulasi, Gilang menjelaskan terdapat dua pemikiran, yaitu memasukkan regulasi media baru dalam UU Penyiaran atau dimasukkan dalam UU ITE.
4. Keseimbangan media dan platform distribusi
Wenseslaus berpandangan sekarang perlu mencari keseimbangan baru antara industri media dengan platform distribusi."Intinya, menjawab pertanyaan bagaimana jurnalisme kembali ke jalannya? Pertanyaan ini juga menjadi problem di banyak negara," jelasnya..
Ia menjelaskan iklan muncul di informasi dengan muatan hate speech tinggi. Hingga akhirnya hate speech menjadi produk yang laku dijual.
“Sama sekali tidak ada hubungannya dengan politik dan ideologi. Semata-mata karena kebencian menjadi barang dagangan yang laku dijual," terangnya.
Baca: 5.772 Hoaks Covid-19 Dibasmi Kominfo
5. Kolaborasi
Dosen Magister Ilmu Komunikasi UMB Ahmad Mulyana mengungkapkan solusi dari tantangan-tangan yang ada tersebut dapat dikelola dengan kolaborasi. Ia berpandangan, berdasar perspektif teori Uses and Gratification, kebutuhan khalayak berbeda dan karenanya khalayak aktif mencari kebutuhan informasi yang juga berbeda.
"Dalam konteks inilah, diperlukan kolaborasi. Media mainstream bisa melakukan diversifikasi produk konten dalam merespons perubahan pola konsumsi media, melalui media sosial. Sebaliknya, media sosial menjalankan fungsi verifikator dari informasi dan berita melalui media mainstream, untuk memenuhi kebutuhan informasi yang mendalam bagi khalayak," terangnnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id