Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia, Muhammad Ramli Rahim mengatakan, sejak pekan pertama pembelajaran dipindahkan dari ruang kelas ke rumah-rumah siswa, guru-guru milenial IGI telah menunjukkan taringnya, bergerak cepat dan masif mengambil langkah untuk mencegah keterpurukan yang lebih dalam lagi. "Tujuannya satu, yakni untuk menyelamatkan pendidikan dari keterpurukan akibat pandemi covid-19," kata Ramli, di Jakarta, Jumat. 1 Mei 2020.
IGI menilai, gerakan para guru milenial IGI ini tak hanya cepat, namun juga tampak jauh menyalip langkah Pemerintah yang terlihat masih gagap memindahkan mode belajar konvensional menuju Pembelajaran Jarak Jauh.
Baca juga: IGI: Dana BOS Kok untuk Bayar Aplikasi Pendidikan Berbayar
Bahkan belakangan, kata Ramli, Pemerintah justru menunjukkan "rasa furstasi"-nya. Yakni saat mendorong sekolah menggunakan layanan pendidikan daring berbayar milik pengembang swasta, hanya untuk menopang kelancaran belajar daring di era pandemi.
"Guru-guru milenial ini alhamdulillah didominasi guru-guru anggota IGI yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Pulau Rote. Dalam kondisi keterpurukan di banyak sisi termasuk dalam dunia pendidikan, kawan-kawan IGI justru bangkit dalam waktu yang tidak begitu lama," terangnya.
Baca juga: Hardiknas 2020, Upacara Bendera Tak Seperti Biasanya
Sejak berdiri di 2009, IGI sudah berfokus menggembleng guru-guru anggotanya agar menguasai teknologi. "Kami memegang prinsip, bahwa teknologi tidak akan pernah menggantikan guru. Tapi guru-guru yang tidak paham teknologi suatu ketika akan digantikan oleh guru-guru yang paham dan menguasai teknologi," tegas Ramli.

IGI menggelar pelatihan Pembelajaran Jarak Jauh untuk para guru. Foto: Dok. IGI
Bahkan dalam empat tahun terakhir, IGI telah mampu melatih hampir dua juta guru di Indonesia dengan lebih dari 1.000 pelatih dan lebih dari 100 kanal pelatihan IGI. "Selama ini kami bergerak cepat tanpa harus bergantung anggaran pemerintah baik APBD maupun APBN. Alhamdulillah ternyata saat ini apa yang kami lakukan dalam empat tahun terakhir begitu berguna di masa-masa pandemi covid 19 ini," ujar Ramli.
Pada pekan pertama belajar dialihkan dari sekolah ke rumah, guru IGI sudah mulai bergerak mengumpulkan guru lain yang selama ini ogah berubah dan enggan belajar untuk dekat dengan teknologi. "Namun sekarang karena covid-19 inilah mereka terpaksa harus belajar, agar mereka mampu menjalankan pembelajaran jarak jauh yang diinstruksikan Pemerintah," imbuhnya.
Baca juga: 76,6% Siswa Tak Pernah Akses 'Rumah Belajar' Kemendikbud
Pergerakan para guru milenilai ini pun, kata Ramli, sangat cepat. Salah satunya karena mereka terbiasa tidak menggantungkan diri pada anggaran negara. Selain melatih guru-guru, para guru mileniali IGI ini juga menjalankan pembelajaran langsung dengan siswa melalui dunia maya.
"Tentu saja mereka sudah sangat mahir, karena selama ini mereka sudah menerapkannya dalam pembelajaran sehar-hari meskipun tanpa wabah pandemi. Kawan-kawan guru Indonesia justru bangkit dalam suasana keterpurukan akibat pandemi Covid-19 ini," ungkap Ramli.
Ia menambahkan, peringatan Hardiknas 2 Mei 2020 ini pun seolah menjadi penegas kebangkitan guru milenial tersebut. Berdasarkan catatan IGI, organisasi guru ini telah menyelenggarakan pelatihan yang hampir serentak di seluruh Indonesia dengan target 360.000 peserta guru.
"Dan sekali lagi itu tak membutuhkan APBD dan APBN, bahkan sebagian besar pelatihan ini dijalankan secara gratis atau tanpa menarik iuran apapun dari guru-guru Indonesia yang mengikuti pelatihan ini," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News