konsisten mendukung upaya pemerintah dalam rangka pemajuan kebudayaan. Peran tersebut dalam menyediakan penyediaan ruang ekspresi bagi para musisi jalanan yang bernaung di
bawah Institut Musik Jalanan (IMJ).
Penghargaan ini diberikan secara langsung oleh Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) Kemendikbudristek, Judi Wahjudin di Atrium Utama Pejaten Mall, Jakarta, 18 November 2021. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari layanan QRIS untuk pelaku budaya di bidang musik.
"Ini memungkinkan semua musisi jalanan yang terkurasi mendapatkan QR Code guna mendapatkan fasilitas apresiasi via scan barcode melalui gawai masing-masing," kata Wahjudin, Kamis, 18 November 2021.
Fasilitas QRIS yang didapatkan bisa dipergunakan untuk mendapatkan apresiasi baik kegiatan pertunjukan musik daring maupun via luring. Kelima ruang ekspresi di atas merupakan sarana yang digunakan sebagai Pentas Ekspresi Seniman Jalanan, dimana salah satu cara mereka mendapatkan apresiasi dengan menggunakan QRIS.
Penerima piagam apresiasi ini adalah :
- Pejaten Village Mall
- Cibubur Junction
- Depok Town Square
- Mall Kalibata City Square
- PT. MRT Jakarta
"Transisi tersebut smooth karena sebetulnya kita selalu sinergi walau pandemi memang komunikasi agak jarang, tapi peningkatan program bisa kita lakukan," kata Wahjudin.
Poin terpenting dari program ini adalah memberikan akses dan ruang kepada seniman jalanan untuk tampil dan berkarya dengan aman, nyaman, dan sesuai aturan. "Saat ini prokes sudah melandai. Akan ada 20 titik ke depan. IMJ dengan KPJ itu keluarga besar yang tersebar di Indonesia. Kita akan lihat titik2nya di mana," jelasnya.
Menurut Wahjudin, ke depan akan ada pengembangan pembukaan akses ruang publik lainnya seperti di meseum dan taman budaya. "Kedua kita berpikir terkait pengembangan museum dan taman budaya. Ada amanat alokasi khusus untuk layanan dan itu harus bisa diakses pelaku budaya. Ada juga situs-situs masterpiece, kami lagi memikirkan spot-spot untuk pelaku dan lembaga kebudayaan," terangnya.
Ketua IMJ, Andi Malewa mengatakan, terdapat 120 dari 500 seniman jalanan yang telah lolos kurasi dan bisa bergabung dalam program ini. Peserta yang lolos kurasi mendapat kesempatan untuk 'mengamen' di ruang publik juga di media sosial yang mendapat fasilitas QRIS. "Tadinya hanya pengamen, tapi berkembang jadi seluruh pelaku budaya. Ini memberikan dampak luar biasa. Harapannya ke depan bisa berjalan di beberapa kota lainnya seperti Bandung dan Makassar," ujarnya.
Menurut Andi, program ini tidak hanya memberikan tempat unjuk aksi yang nyaman, aman, dan sesuai aturan. Lebih dari itu, juga meningkatkan penghasilan para seniman.
"Jika dibandingkan dengan mereka mengamen di jalanan, penghasilan ngamen di mall ini jauh lebih baik. Rata-rata mereka bisa mendapatkan uang apresiasi dari pengunjung hingga sekitar Rp1,5 juta setiap hari, bahkan di Pejaten Village ini pernah tembus hingga Rp12 juta sehari, waktu itu menjelang Lebaran," sebut Andi.
Baca juga: Institut Musik Jalanan Gelar Konser Perdana di M Bloc
Program Pentas Ekspresi Seniman Jalanan yang diinisiasi oleh Institut Musik Jalanan (IMJ) bersama Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek ini telah berjalan secara konsisten selama empat tahun. Sejalan dengan amanat Undang-undang Pemajuan Kebudayaan, program ini telah memberikan dampak yang sangat besar bagi musisi-musisi jalanan.
Pada mulanya, program ini bertujuan hanya untuk memberikan pembinaan/pembekalan bermusik pada para pengamen atau musisi jalanan saja. Program ini kemudian berkembang melalui kerja sama dengan berbagai pihak untuk memberikan ruang ekspresi bagi para musisi jalanan untuk mencari nafkah dengan aman dan nyaman sehingga keberadaan mereka tidak mengganggu ketertiban dan aktivitas masyarakat.
Beberapa mall dan pengelola ruang publik menjadi mitra yang paling konsisten menjalankan kegiatan pentas ekspresi seniman jalanan sampai hari ini. Pejaten Mall, adalah mall pertama yang menjalankan program ini sejak tahun 2017, lalu diikuti oleh mall-mall lainnya.
Tahun 2020, untuk pertama kalinya para musisi jalanan mendapatkan akses mengamen di sarana transportasi publik modern MRT Jakarta. Program ini juga mendapatkan respons yang sangat baik dari masyarakat, baik pengunjung mall maupun pengguna setia layanan transportasi MRT Jakarta.
Tidak hanya untuk musisi jalanan biasa, program ini juga dirasakan manfaatnya bagi pengamen-pengamen difabel (tunanetra) yang sebelumnya mengamen dengan menggunakan alat karaoke gendong. Melalui proses seleksi dan kurasi yang sangat ketat, para musisi jalanan ini kemudian dibentuk dalam kelompok-kelompok musik dan diberikan akses mengamen secara legal oleh Ditjen Kebudayaan dan Institut Musik Jalanan.
Bernaung di bawah pembinaan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, saat ini ada 40 orang pengamen domisili Jabodetabek yang telah mendapatkan manfaat dari program ini. Setiap hari, mereka secara bergiliran mengamen di mall-mall seperti : Pejaten Mall, M Bloc Space, Cibubur Junction, Kalibata City, Depok Town Square, Stasiun MRT Bundaran HI, Hutan Kota GBK dan ruang-ruang publik terbuka lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News