Dokter. DOK Freepik
Dokter. DOK Freepik

Wamendiktisaintek Fauzan Sebut Indonesia Butuh Dokter yang Humanis dan Tidak Elitis

Renatha Swasty • 23 Desember 2025 13:55
Jakarta: Indonesia saat ini masih menghadapi kekurangan sekitar 100.000 dokter untuk memenuhi rasio ideal kebutuhan nasional. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Fauzan, mengatakan Indonesia butuh dokter yang tidak hanya humanis tetapi tidak elitis. 
 
“Dokter tidak hanya mengobati tapi juga jadi agen kesehatan masyarakat. Oleh karena itu peran promotif dan preventif sangat penting,” ujar Fauzan saat menjadi pembicara kunci dalam Seminar Nasional dan Musyawarah Nasional (Munas) IV Forum Ikatan Alumni Kedokteran Seluruh Indonesia (FIAKSI) 2025 melalui keterangan tertulis dikutip Selasa, 23 Desember 2025. 
 
Menurutnya, pendidikan kedokteran harus dirancang untuk melahirkan dokter yang profesional sekaligus humanis. Profesi dokter adalah panggilan hati seseorang. 

Dunia kedokteran tidak hanya bicara tentang ilmu, tetapi juga bicara tentang kemanusiaan. Dalam dunia medis, kata dia, posisi dokter adalah juruselamat. 
 
"Seorang dokter tidak hanya sekedar mereka memang ahli memberikan resep secara medis, tetapi juga bisa memberikan resep secara sosiologis dan humanis. Sentuhan-sentuhan humanisme inilah sebenarnya yang diperlukan. Tidak ada orang yang tidak ingin dimanusiaan,” kata dia.
 
 
Fauzan menekankan pendekatan humanisme dalam layanan kesehatan merupakan kunci untuk menjawab berbagai persoalan kesehatan masyarakat secara lebih utuh. Dokter tidak hanya memberikan resep medis, tetapi juga mampu menghadirkan solusi sosial dan psikologis bagi pasien. 
 
Penguatan nilai tersebut sejalan dengan arah kebijakan 'Diktisaintek Berdampak', memastikan pendidikan tinggi memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
 
FIAKSI, sebagai wadah alumni fakultas kedokteran dari seluruh Indonesia, dipandang memiliki posisi strategis untuk menjembatani dunia pendidikan dan praktik nyata di lapangan. Melalui kekuatan jejaring alumni, FIAKSI diharapkan mampu menjadi motor penggerak penguatan karakter dokter, pembaruan kurikulum, serta penyebarluasan praktik baik layanan kesehatan yang berorientasi pada kemanusiaan.
 
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) mengajak seluruh pemangku kepentingan, institusi pendidikan kedokteran, organisasi profesi, alumni, dan mahasiswa, untuk bergerak bersama membangun pendidikan kedokteran yang lebih humanis, inklusif, dan berdampak. Sinergi ini menjadi langkah nyata untuk memastikan bahwa pendidikan tinggi benar-benar hadir sebagai solusi, sekaligus penggerak kemajuan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan