“Pada pelatihan ini akan ada penyamaan persepsi dalam menanamkan moderasi beragama kepada para dosen, aktivis, organisasi masyarakat, dan para pejabat eselon II pada kementerian dan lembaga,” ujar Kepala Balitbang Diklat Kementerian Agama RI, Suyitno dalam siaran persnya, dikutip Selasa, 14 Mei 2024.
Dengan menitikberatkan pada kebutuhan institusi, pelatihan ini dianggap sebagai langkah terdepan dalam upaya memperkuat moderasi beragama di Indonesia. Oleh karena itu, nantinya akan dilakukan pretest dan diakhiri dengan post test untuk mengukur kognitifnya, supaya tidak ada miss perception.
Selain sesi teoritis, pelatihan INAS PMB juga melibatkan studi lapangan sebagai studi empiris untuk memahami secara langsung kehidupan moderasi beragama dalam berbagai konteks. "Ini diharapkan agar ketika ada kasus yang serupa, INAS memiliki pemahaman yang mendalam terhadap karakteristiknya dan mampu mengatasinya," tambah Suyitno.
Suyitno juga menekankan, pelatihan INAS PMB akan menjadi program yang berkelanjutan. Mengingat sasaran pesertanya yang sangat besar, mencapai hampir 3 juta individu baik dari kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun non-ASN.
"Mengacu pada data nasional ASN, kita memiliki lebih dari 4 juta ASN, di mana Kementerian Agama sendiri memiliki sekitar 230.000 ASN. Namun, jika ditambah dengan non-ASN termasuk berbagai organisasi masyarakat, totalnya mencapai sekitar tiga juta orang," ungkapnya.
Pelatihan INAS PMB Angkatan IV dan V Tahun 2024 ini diharapkan dapat menjadi landasan kuat dalam memperkuat moderasi beragama di Indonesia, serta menjadi ajang untuk menghasilkan instruktur yang berkualitas dalam menyebarkan nilai-nilai moderasi beragama di berbagai lapisan masyarakat.
Tim instruktur pelatihan Instruktur Nasional Penguatan Moderasi Beragama (INAS PMB), Marzuki Wahid, merasa bangga bicara tentang tentang penguatan moderasi beragama. Sebab baginya mengisi penguatan moderasi beragama yang ada di depan mata adalah Indonesia, amanat Tuhan, serta panggilan kemanusiaan.
Menurutnya, moderasi beragama bukan semata program atau proyek, melainkan panggilan jiwa, panggilan agama, panggilan kebangsaan, dan panggilan kemanusiaan, “Karena Indonesia yang beragam ini, dengan berbagai dimensi dan strukturnya membutuhkan moderasi beragama,” kata Marzuki.
Bagi Marzuki, moderasi beragama adalah sebagai jawaban atas realitas Indonesia, yang ditakdirkan oleh Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang berbineka, “Oleh karena itu, saya selalu bangga dan senang menjadi bagian dari penguatan moderasi beragama,” tuturnya.
Apalagi katanya, peserta pelatihan instruktur nasional kali ini bukan hanya dari Kementerian Agama saja. Sudah merambah ke kementerian dan lembaga lainnya, seperti perguruan tinggi, dan organisasi kemasyarakatan yang lebih luas lagi.
Maka, menurut Marzuki, ini satu energi yang besar untuk mengawal Indonesia yang beragam, “Ini adalah takdir Tuhan yang harus dikawal, dijaga, dan kita wujudkan terciptanya keadilan dan kemakmuran seperti amanat Tuhan itu sendiri,” tegasnya.
Terakhir, Marzuki berharap kepada seluruh peserta instruktur nasional, agar kesempatan ini menjadikan peluang untuk berbakti, mengabdi, dan berjuang untuk Indonesia yang lebih baik, “Saya yakin, semakin banyak teman-teman yang dilatih, maka akan semakin banyak yang merasa confident berbicara moderasi beragama,” pungkasnya.
Baca juga: Unsri Jadi Lokasi Pertama 'Moderasi Beragama Goes Campus' di Luar Pulau Jawa |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News