Ia berharap, para pengajar BIPA di Mesir dapat memeroleh bantuan sarana pembelajaran seperti kamus, buku sastra, komik dalam bahasa Indonesia. Kemudian, butuh pula bahan ajar dan multimedia dengan kekhasan kokal.
Pengajar BIPA di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Nona K. Noris mengatakan bahwa kelas BIPA di AS juga mengalami lonjakan peserta setelah kelas digelar daring. Tadinya, peserta hanya tiga kelas, sekarang jadi delapan kelas.
"Dulu hanya warga Washington DC yang bisa mengikuti karena kelasnya tatap muka. Sekarang, warga AS dari mana saja bisa mengikuti kelas BIPA karena diadakan secara daring," tutur Nona.
Ia mengatakan, banyak warga AS belajar bahasa Indonesia untuk studi, penelitian, pekerjaan, wisata, dan urusan keluarga. Ada juga yang sudah pernah mengenal bahasa Indonesia, tapi ingin mempertahankan kelancaran, bahkan ada yang ingin belajar bahasa baru.
Baca: Nadiem Ungkap Ada Satu SD Negeri Hanya Memiliki Satu Guru ASN
Sementara itu, pengajar BIPA asal Italia, Antonia Soriente, mengungkapkan dirinya berupaya mempertahankan minat belajar para mahasiswa, terutama di masa pandemi covid-19. Sebab, kata dia, tugas pengajar tidak hanya memberi informasi.
"Tapi mendidik mahasiswa agar punya pengetahuan mendalam tentang Indonesia," ujar Antonia.
Nadiem mengapresiasi kenaikan minat warga asing belajar bahasa Indonesia. Ia pun mengungkapkan, strategi BIPA kelas daring perlu dimatangkan untuk menjangkau lebih banyak warga global yang ingin belajar bahasa Indonesia. "Terutama bagi negara-negara yang secara geografis amat luas," ujar Nadiem.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News