"PSF menyadari pentingnya kurikulum nasional sebagai panduan pendidikan nasional. Namun PSF tidak berinisiatif melakukan perubahan atau penyederhanaan kurikulum nasional," kata Ria dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 22 September 2020.
Ria menyebut pihaknya juga tidak terlibat dan berpartisipasi dalam diskusi atau pembahasan kurikulum nasional, beserta perubahan-perubahannya. Sampoerna Foundation juga tidak mengusulkan wacana penghapusan mata pelajaran sejarah di SMK.
"PSF juga tidak mengusulkan penghapusan mata pelajaran sejarah. PSF fokus melatih dan menyebarkan praktik baik pendidikan ke seluruh penjuru Indonesia," tegasnya.
Baca: Kemendikbud Disebut Tak Maksimalkan Peran Tim Pusat Kurikulum
Sampoerna Foundation juga tidak diminta oleh pemerintah untuk memberikan usulan untuk melakukan pengkajian, analisis atau penyusunan naskah akademik. Dia justru menyayangkan isu yang menyeret Sampoerna Foundation dalam polemik penyusunan kurikulum.
"PSF menyesalkan adanya berita berisikan tudingan keterlibatan PSF dalam pembahasan kurikulum tanpa adanya konfirmasi atau pengecekan fakta terlebih dahulu," terang dia.
Nama Sampoerna Foundation dikaitkan polemik perancangan kurikulum baru. Eks ketua Tim Inti Kurikulum 2013 (Kurtilas) Said Hamid Hasan menyebut orang-orang Sampoerna Foundation berada di balik proses pengkajian penyederhanaan kurikulum 2013.
"Pagi ini saya dapat informasi pemikir-pemikirnya itu dari Sampoerna Foundation. Kelihatannya sudah dicek nama-namanya itu yang dinamakan staf khusus menteri itu," kata Said kepada Medcom.id, Senin, 21 September 2020.
Baca: Perancangan Kurikulum Harus Transparan
Bahkan, Said mengatakan orang-orang tersebut bukanlah bagian tim pusat kurikulum. Ia juga menuding status pendidikan mereka baru lulus satu tahun yang lalu. "Jadi ini suatu persoalan," ujar Said.
Said menambahkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pun tak memaksimalkan peran orang-orang yang ada di pusat kurikulum dan buku (Puskurbuk) dalam proses perancangan kurikulum. Anggota Puskurbuk yang dilibatkan, kata dia, juga tak seluruhnya.
"Pengembangnya itu hanya sebagian dari teman-teman Puskur, mereka sebetulnya lebih banyak teknisnya, pemikir-pemikirnya bukan dari mereka. Pemikir-pemikirnya bukan dari (pusat) kurikulum," tegas Said.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News