"Setiap tahun selalu kita tekankan dan kita informasikan kepada dinas terkait, khususnya dinas pendidikan dan kebudayaan ini untuk mengurangi jumlah rombel (rombongan belajar) yang ada di jurusan Bisnis dan Manajemen," kata Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud, M Bakrun dalam diskusi pendidikan bertema 'Pengembangan SDM Pendidikan' di Gedung A Kemendikbud, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin, 29 April 2019.
Bakrun menyadari, pengurangan jumlah jurusan Bisnis dan Manajemen tersebut akan berimplikasi pada tenaga pendidik yang selama ini mengampu bidang tersebut. Tentu Dinas Pendidikan setempat tidak bisa lepas tangan begitu saja.
Baca: SMK Harus Berbasis Kewirausahaan
Guru-guru yang memiliki keahlian ganda di luar bisnis dan manajemen akan dialihkan ke sekolah lainnya. "Maka nanti kami akan koordinasi dengan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) untuk guru yang ada di situ kalau keahlian ganda bisa dialihkan ke mana," ujar Bakrun.
Jumlah peminat jurusan bisnis dan manajemen memang diakui masih cukup tinggi menempati posisi kedua setelah jurusan IT. Namun, tidak ada gunanya memperbanyak lulusan yang minim diserap dunia kerja.
"Setiap tahun kita berusaha untuk mengurangi, karena bagaimana lapangan pekerjaan untuk program bisnis dan manajemen ini sudah relatif sangat berkurang," tuturnya.
Dalam data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2015 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja lulusan SMK pada Februari 2015 di angka 11.800 jiwa, dan Februari 2018 sebesar 14.545 jiwa telah berpartisipasi kerja.
Dari data tersebut, jumlah pengangguran terbuka sebenarnya terus menurun dari kalangan lulusan SMK. Sebab pada data Sakernas 2016, penggangguran di angka 9,84% dan pada tahun 2018 tersisa 8,92%.
Sebaliknya, angka partisipasi lulusan SMK berada di angka 10.837 lulusan SMK. Sedangkan pada Agustus 2018 berada di angka 13.682.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News