Dosen di bidang Ilmu Teknologi Pengolahan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro (Undip) itu merupakan peneliti sekaligus mendalami usaha peternakan kambing. Retno menyebut ternak kambing gampang-gampang susah.
Dia membeberkan peternak kambing di Indonesia umumnya masih menggunakan sistem pemeliharaan secara tradisional, yakni rumput atau pakan hijauan diambil dari lingkungan sekitar dan langsung diberikan pada ternak. Pola demikian dapat menjadi perantara penularan cacing akibat adanya larva cacing.
"Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan tetapi kerugian ekonomi yang ditimbulkan cukup besar,” kata Retno dikutip dari laman undip.ac.id, Jumat, 22 April 2022.
Dia menjelaskan penyusupan organisme parasit terutama cacing ke dalam tubuh ternak hingga berkembang biak (infestasi) dalam jumlah banyak seringkali menyebabkan peternak rugi karena menekan produktivitas. Antara lain berupa penurunan berat badan, penurunan produksi susu pada ternak perah serta peningkatan angka afkir organ tubuh ternak, seperti daging, kulit, dan jeroan.
Selain itu, infestasi cacing dalam jumlah banyak dapat menurunkan tingkat kekebalan tubuh ternak. "Hal ini memudahkan infeksi berbagai macam penyakit lainnya,”
tutur Retno.
Dia menuturkan aktivitas endoparasit menyebabkan produksi sel darah merah menurun diikuti dengan penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit. Adanya endoparasit menyebabkan penurunan bobot badan dan anemia pada ternak.
Infeksi endoparasit pada tubuh ternak akan direspons dengan bertambahnya jumlah leukosit sebagai upaya pertahanan diri. Penanganan cacingan pada ternak dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing, namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, obat cacing kimia dapat menyebabkan resistensi terhadap jenis cacing tertentu.
Alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan obat cacing adalah dengan memberikan obat cacing herbal. Retno mempelajari daun pepaya mengandung senyawa alkaloid, tanin, saponin, dan flavonoid yang memiliki aktivitas anthelmintik, sehingga dapat dijadikan sebagai anthelmintik.
Pemberian daun pepaya sebagai herbal anthelmintik dapat dikombinasikan dengan suplemen pakan untuk menunjang produktivitas ternak. Retno menciptakan formula multinutrien blok yang merupakan pakan pelengkap atau suplemen pakan yang memiliki kandungan nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh ternak, seperti mineral, protein, lemak dan serat.
Suplemen pakan membantu meningkatkan populasi mikroba rumen. Sehingga, serat kasar dari pakan hijauan dapat tercerna dengan baik.
Mempromosikan susu kambing
Retno juga aktif mengkampanyekan susu kambing sebagai nutrisi yang sehat. Belum banyak orang paham, selain daging, air susu kambing sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.Retno menuturkan masyarakat Indonesia lebih banyak diarahkan untuk mengkonsumsi susu sapi. Iklan tentang air susu yang muncul di media cetak maupun elektronik adalah air susu sapi.
Dia menuturkan pasaran juga didominasi oleh air susu dari sapi. Susu yang berasal dari kambing Etawa atau Peranakan Etawa, terlepas dari nama besarnya sebagai kambing yang mampu memproduksi air susu dengan kualitas bagus, masih belum bisa menggeser kebesaran nama air susu asal sapi.
“Susu Kambing dianggap prengus dan dapat memicu hipertensi atau tekanan darah tinggi dan masalah kolesterol, asam urat, dan penyakit berat lainnya. Sebenarnya munculnya aroma prengus itu tergantung dari bagaimana cara mengolahnya," papar Retno.
Dia menjelaskan merebus air susu hingga mendidih akan memicu timbulnya bau prengus atau khas kambing. Selain itu, akan menyebabkan denaturasi atau rusaknya protein.
"Pasteurisasi adalah proses paling tepat untuk menghangatkan susu kambing dan membebaskan cairan lezat sehat itu dari bakteri pathogen. Saatnya masyarakat mendapatkan informasi yang benar tentang air susu kambing,” tegas dia.
Retno mengungkapkan dalam penelitiannya, susu kambing dapat membantu menurunkan kolesterol bila dikonsumsi rutin. Hal ini karena susu kambing mengandung medium chain triglyceride yang mengurangi produksi kolesterol dalam tubuh.
Dia menyebut susu sapi juga mengandung MCT, namun kadar MCT pada susu kambing lebih banyak yakni 36 persen dibandingkan dengan susu sapi hanya 21 persen. MCT adalah jenis lemak makan (dietary fat) berupa senyawa organik, yang tersusun dari ikatan atom karbon dalam bentuk rantai, yang panjangnya 6–10.
Sedangkan, Long Chain Triglycerides (LCT) atau Lemak Rantai Panjang adalah lemak makan yang umum terdapat di makanan/minuman berlemak, memiliki panjang rantai 12–18. MCT dapat membantu menyuplai ekstra tenaga bagi penderita diabetes, ginjal, dan paru-paru kronik, di mana asupan lemak lainnya tidak dianjurkan untuk digunakan.
Retno menyebut karena MCT panjang rantainya lebih pendek, maka makanan dapat lebih cepat diabsorpsi oleh tubuh dan lebih cepat dimetabolisir. Sehingga kalori dapat segera dikonversi menjadi energi tubuh.
Dia mengatakan MCT menjadi pilihan tepat bagi yang memerlukan penambahan pasokan energi untuk pertumbuhan, pekerja keras, peningkatan stamina atlet, maupun untuk mengatasi penurunan produksi energi akibat proses penuaan. Retno membeberkan manfaat susu kambing bagi kesehatan, yakni:
- Mengandung antibodi alami yang memiliki kemampuan menyembuhkan TBC
- Aman bagi penderita asma karena susu kambing tidak memicu terbentuknya dahak
- Kandungan protein caseinnya lebih sedikit dibandingkan susu sapi sehingga aman bagi yang alergi terhadap protein tinggi
- Kandungan laktosa yang lebih rendah daripada susu sapi, sehingga bagi orang yang memiliki kadar enzim laktase rendah, aman mengkonsumsi susu kambing
- Dapat dikonsumsi penderita maag karena memiliki mineral alkaline
- Mengandung Zn pembentuk sistem kekebalan tubuh
- Alfa2- Betacasein dan asam amino esssensial pembentuk insulin yang berguna bagi penderita diabetes
- Kandungan Kalium yang tinggi mencegah arterioskelerosis, tekanan darah tinggi dan rendah (menstabilkan tekanan darah)
- Mengandung Riboflavin (vit B2) dan B3 yang menumbuh kembangkan sel otak dan sistem syaraf sehingga baik bagi kecerdasan anak dan menurunkan frekuensi migrain.
Baca: Berjuang di Bidang Pendidikan,Ini 8 Sosok Kartini Masa Kini
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News