Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti menyebut siswa berusia 15 tahun tersebut diduga terbebani oleh tugas PJJ. Anak tersebut juga diduga merasa kesulitan dengan model PJJ yang ada saat ini.
"Ibunda korban menjelaskan bahwa ananda memang pendiam dan memiliki masalah dengan pembelajaran daring. Anak korban lebih merasa nyaman dengan pembelajaran tatap muka, karena PJJ daring tidak disertai penjelasan guru, hanya memberi tugas-tugas saja yang berat dan sulit dikerjakan," kata Retno dalam keterangannya, Jumat, 30 Oktober 2020.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Retno menjelaskan sejatinya anak tersebut telah bisa beradaptasi selama PJJ. Namun, saat memasuki semester baru pada Juli 2020, anak tersebut mulai merasa depresi. Siswa itu tercatat duduk di kelas 9, atau sudah berada di tingkat terakhir untuk jenjang SMP.
"Semua materi baru dan penjelasan materi dari guru sangat minim, sehingga banyak soal dan penugasan yang sulit dikerjakan atau diselesaikan para siswa. Akhirnya tugasnya menumpuk hingga jelang ujian akhir semester ganjil pada November 2020 nanti," ungkap Retno.
Baca: Siswi Bunuh Diri Diduga Depresi Belajar Daring, Kemendikbud Didesak Berbenah
Berdasarkan laporan ibu korban, kata Retno, pada 26 Oktober 2020, datang surat dari pihak sekolah yang isinya anak tersebut memiliki tagihan tugas sebanyak 11 mata pelajaran. Rata-rata jumlah tagihan tugas yang belum dikerjakan siswa itu yakni tiga sampai lima tugas per mata pelajaran.
"Jadi bisa dibayangkan beratnya tugas yang harus diselesaikan ananda dalam waktu dekat, kalau rata-rata tiga mata pelajaran saja, ada 33 tugas yang menumpuk selama semester ganjil ini," terang Retno.