Menurut orang tua korban, anaknya belum menyelesaikan tugasnya bukan karena malas. Tetapi, karena memang tidak paham sehingga tidak bisa mengerjakan.
Ibu korban sempat berkomunikasi dengan pihak sekolah terkait beratnya penugasan. Namun, pihak sekolah hanya bisa memberikan keringanan waktu pengumpulan, tapi tidak membantu kesulitan belajar yang dialami anak tersebut.
Orang tua korban menduga kuat kalau surat dari sekolah itulah yang membuat anaknya bunuh diri. Pasalnya, dalam surat tersebut menyiratkan pesan, jika tugas-tugas tidak dikumpulkan maka anak korban tidak bisa mengikuti ujian semester ganjil.
"Barangkali tujuan pihak sekolah hanya sekadar mengingatkan. Namun, bagi remaja yang mengalami masalah mental, kecemasan, stres atau malah depresi karena ketidakmampuan mengerjakan tugas-tugas PJJ, memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan pikiran tentang bunuh diri," ujar Retno.
Baca: Siswi Bunuh Diri di Gowa, KPAI Bakal Bersurat ke Kemendikbud
Kejadian ini bukan yang pertama dalam kasus PJJ. Catatan KPAI, sebelumnya ada dua diduga 'korban' PJJ.
Seorang anak berusia delapan tahun di Lebak, Banten, misalnya, meninggal karena dianiaya orang tuanya saat PJJ. Alasannya orang tua stres, karena tidak bisa mendampingi anaknya belajar di rumah dengan baik.
Kemudia, seorang siswi berinisial MI (16) asal Gowa, Sulawesi Selatan melakukan bunuh diri diduga karena terbebani tugas PJJ. MI meminum racun karena diduga tak sanggup mengerjakan banyaknya tugas saat PJJ.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News