Hal yang menguntungkan, ujar Fadly, kendati naskah e-book para penulis telah disebarluaskan melalui laman BRIN, buku-buku tersebut tetap bisa dicetak fisik oleh penulis. “Silakan tetap bisa dicetak dan dijual, asalkan BRIN tahu saja keberadaannya. Siapa tahu ada yang membutuhkan versi cetaknya,” kata dia.
Upaya-upaya semacam ini, kata Fadly, dilandasi oleh keprihatinan terhadap ketersediaan sumber-sumber literasi yang sukar diakses secara terbuka. Selain itu, terdapat kebutuhan akan referensi ilmiah yang tinggi, tetapi dukungan terhadap sumber-sumber itu terbatas.
"Silakan, ini terbuka untuk penulis siapa pun, dari akademisi, mahasiswa, kreator atau pegiat komunitas, hingga masyarakat umum,” kata Fadly.
Baca: Kepala BRIN Minta Periset Libatkan Kampus dalam Kegiatan Riset
Salah seorang anggota Alinea yang menetap di Balige, Sumatera Utara, Ita Siregar, mengatakan program ini telah menantang dirinya dan para penulis lokal di Sumatra Utara untuk menggali potensi masyarakat. Akusisi pengetahuan lokal ini, kata Ita, akan semakin menggairahkan para penulis untuk melakukan riset yang sungguh-sungguh karena pengetahuan itu akan disebarluaskan ke seluruh dunia.
"Program ini tentu akan mempermudah publik untuk mengakses berbagai pengetahuan lokal yang mengandung nilai-nilai kearifan," kata Ita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News