"Kalau saya lihat Mendikbud masih sebatas menunjukkan fenomenanya saja bahwa kondisi guru begitu, itu tidak salah. Tapi sebagai pemegang kebijakan kami berharap Nadiem menggunakan kewenangannya untuk mengobati akar masalahnya," terang Said, saat dihubungi Medcom.id, di Jakarta, Senin, 25 November 2019.
Persoalan-persoalan yang terjadi pada guru saat ini seperti yang disebutkan Nadiem dalam pidatonya merupakan akibat dari kebijakan yang pemerintah buat. Seperti beban mengajar yang mencapai 24 jam tatap muka dalam sepekan.
Sementara rumus menghitung jam kerja guru menurut Said adalah jumlah jam tatap muka dikalikan tiga. Sebab kegiatan guru melakukan persiapan, penilaian pembimbingan juga harus dimasukkan ke dalam jam kerja guru.
"Kalau 24 jam tatap muka, itu artinya dalam sepekan guru bekerja 72 jam. Siapa yang sanggup bekerja 72 jam satu minggu. Itu hanya akan menguras energi guru, bagaimana guru bisa berinovasi," ujar lulusan Macquarie University, Australia ini.
Menurut Said, tidak hanya pada guru, kondisi belajar pada murid jug aperlu diperbaiki. Selama ini peserta didik tidak memiliki ruang untuk berinovasi. Salah satunya karena selalu dicekoki soal-soal ujian bermodel pilihan ganda. "Ribuan siswa hanya diarahkan pada satu jawaban benar, ini bagaimana siswa bisa kreatif dan berinovasi," terang Guru Besar UPI ini.
Persoalan pendidikan lainnya, kata Said, adalah masih rendahnya usia Harapan Lamanya Sekolah yang hanya sekitar 7,7 tahun atau setara dengan kelas dua SMP. "Begitu banyak drop out. Ini yang harus diselesaikan. Sekian juta anak tidak bisa sekolah padahal itu hak yang dijamin UUD 1945," tegas Said.
Dalam memperingati Hari Guru Nasional ini, Said ikut mengucapkan selamat kepada para guru. "Saya harus memberikan selamat, penghargaan tinggi pada guru, karena sudah berjuang, apresiasi pada mereka yang seluruh energi dan perhatiannya sudah dikerahkan untuk itu," ucap Said.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News