Tangkapan layar webinar
Tangkapan layar webinar

CABE, Rumus Kembangkan Literasi Digital Beretika

Medcom • 03 Maret 2024 11:39
Jakarta: Akronim CABE menjadi rumus mengembangkan literasi digital yang beretika. CABE berarti 'cakap, aman, berbudaya, dan etis'.
 
"Bahwa yang namanya etis bermedia digital itu penting. Karena ini panduan untuk kita sebagai warga negara yang memiliki keragaman budaya, sebagai panduan berperilaku di ruang digital," kata Dewan Pengarah Siberkreasi, Novi Kurnia, melalui keterangan tertulis yang diterima, Minggu, 3 Maret 2024.
 
Netizen Indonesia menggunakan rata-rata enam jam sehari untuk mengakses internet. Acapkali kebebasan berekspersi diartikan mengekspresikan pendapat di ruang digital secara bebas tanpa batas.

Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) mencatat hoaks muncul dua kali lipat lebih banyak pada Pemilu 2024 dibandingkan dengan Pemilu 2019. Isu yang paling banyak muncul adalah isu politik seputar penyelenggaraan pemilu, baik pada pasangan calon presiden maupun pada proses penghitungan suara.
 
Kemunculan berita tidak benar atau hoaks hanya akan semakin memperkeruh suasana. Alhasi, diperlukan tanggung jawab semua pihak untuk sadar dalam menyampaikan pendapat di ruang digital. Karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menyelenggarakan Obral Obrol Literasi Digital, pada Jumat, 1 Maret 2024, dengan mengangkat topik Bebas Bersuara, Ingat Etikanya!
 
Baca:Begini Jurus Jitu Tangkal Hoaks di Dunia Pendidikan

Novi menggarisbawahi etika digital perlu ditingkatkan karena Indonesia pernah mendapatkan predikat sebagai netizen paling tidak sopan. Hal ini disebabkan karena literasi digital yang masih rendah. 
 
Berdasarkan riset yang dilakukan Kominfo, indeks literasi digital mengalami peningkatan, meski masih dalam skala sedang dalam pilar yang sifatnya etis. "Karena itu, harus ada kesadaran bahwa apa pun yang diunggah di media sosial dapat menjadi jejak digital yang tak akan mudah hilang," kata Novi.
 

Kenapa etika penting?

Broadcaster Joshua Nafi menyampaikan beretika di ruang digital adalah menjaga etika komunikasi dengan adanya kesadaran, tanggung jawab, integritas, dan kebajikan. Sifat itu dapat menjadi dasar bentuk kedewasaan dalam berinteraksi di ruang digital.  
 
Menurut dia, pentingnya etika dalam dunia digital menjadi satu hal yang tak bisa lepas dari dunia digital. Menghakimi orang lain terkadang menjadi salah satu tindakan warganet yang masih sering terjadi ketika menghadapi suatu informasi.
 
"Ketika mampu berpikir secara dewasa dalam menggunakan sosial media, maka masyarakat dapat memiliki kontribusi untuk dunia yang lebih damai dan baik," kata Joshua.
 

Pahami konteks

Konten Kreator Reza Nangin berpendapat kebebasan di ruang digital sering tidak diiringi dengan etika. Hal ini memicu perselisihan dan tercipta ekosistem yang tak lagi menarik.
 
Menurut dia, dalam kebebasan berpendapat, pemahaman dalam konteks pembahasan sebaiknya dikedepankan. Sikap sopan santun dalam menyampaikan pendapat harus tetap menjadi identitas. 
 
Reza mencontohkan saat menghadapi netizen terkait isu pilpres. "Nggak semua harus direspon, karena waktu kita akan habis. Kalau misalnya ada yang mau serius nanya pasti akan kontak 'direct messages' dan aku lebih respect," ujar Reza.
 
Menurut dia, berkomentar tidak baik di media sosial justru akan merugikan diri sendiri karena ada kemungkinan bersinggungan dengan UU ITE. Hal ini berefek buruk secara jangka panjang, seperti sulit mendapatkan pekerjaan karena jejak digital tak baik terekam.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(UWA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan