Ilustrasi buku.
Ilustrasi buku.

Mengenal Politik Etis: Pengertian, Kebijakan, dan Dampaknya

Renatha Swasty • 25 Oktober 2024 19:07
Jakarta: Perang antara Belanda dan bangsa Indonesia, seperti Perang Padri, Perang Diponegoro, dan Perang Aceh membuat Belanda kehabisab uang. Saat itu, tercetus oleh Gubernur Jenderal van Den Bosch membuat tanam paksa atau cultuurstelsel agar Belanda kembali punya pemasukan.
 
Masyarakat dipaksa menanam berbagai komoditas yang akan diekspor. Keuntungannya untuk Belanda. Berkat tanam paksa, Belanda berhasil mengumpulkan uang sebanyak 187 juta gulden.
 
Sementara itu, banyak petani saat itu meninggal karena sangat keletihan dan kelaparan, akibat tanam paksa. Hal ini membuat tanam paksa justru mendapat banyak kritik dari kaum liberal di Belanda.

Mereka merasa Belanda tidak fair karena sudah memeras habis-habisan negara jajahan demi mendapatkan kekayaan melimpah ruah. Beberapa tokoh yang mengkritik pemerintahan Belanda antara lain W.R. van Hoevel, Multatuli (atau Edward Douwes Dekker) lewat novelnya Max Havelaar, hingga Conrad Theodor van Deventer, seorang politisi dan ahli hukum Belanda.
 
Theodor van Deventer saat itu menulis pemikirannya, salah satunya lewat tulisan berjudul Een Ereschuld atau Hutang Kehormatan yang dimuat di harian De Gids tahun 1899. Kritikan tersebut berisi perlunya pemerintah Belanda membayar utang budi dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat di negara jajahan.
 
Utang budi ini harus dibayar dengan bentuk apa pun, termasuk dengan cara mendirikan sekolah-sekolah untuk warga pribumi. Harapannya, pendirian sekolah ini akan bermanfaat untuk kepentingan masyarakat Hindia di masa yang datang.
 
Kritik-kritik ini menjadi perhatian serius dari pemerintah kolonial Belanda. Bahkan, pada tahun 1901, Ratu Wilhelmina sampai memberikan pidato terkait kesejahteraan negara jajahan. Nah, sejak saat inilah, atau pada 17 September 1901, Politik Etis diberlakukan.
 
Yuk kita mengenal Politik Etis lebih dalam dikutip dari laman Ruangguru:

Pengertian politik etis

Politik Etis adalah upaya pemerintah Belanda untuk membalas budi kepada rakyat Hindia yang sudah diperas hingga menderita.
 
Ratu Wilhelmina mengangkat Alexander W.F. Idenburg sebagai Menteri Urusan Jajahan. Idenburg ditugaskan meninjau kesejahteraan di Hindia. Setelah peninjauan terlaksana, akhirnya ditemukanlah kebijakan yang tepat untuk diterapkan di wilayah Hindia.
 
Akhirnya, ditetapkanlah kebijakan Politik Etis yang dikenal sebagai Triologi Balas Budi atau Trias van Deventer, yaitu irigasi, emigrasi, dan edukasi.

Kebijakan politik etis

Irigasi diperlukan untuk memperbaiki taraf kehidupan masyarakat pribumi dalam bidang pangan. Saat itu, pemerintah Belanda memperbaiki sarana pertanian untuk menunjang komoditas yang akan dihasilkan, salah satunya dengan membangun waduk-waduk sebagai penampung air hujan.
 
Pemerintah Belanda juga membangun transportasi kereta api yang dapat digunakan untuk membangun hasil pertanian dari pedalaman Hindia menuju pelabuhan. Selain itu, berkat kereta api, hasil pertanian yang dipanen juga dapat didistribusikan dengan waktu lebih cepat dan efisien, sehingga terhindar dari hasil panen yang membusuk.
 
Sementara itu, pada program emigrasi, pemerintah Belanda memindahkan sebagian penduduk dari Pulau Jawa dan Madura ke Sumatra dan pulau-pulau lainnya agar persebaran penduduk lebih merata. Hal ini didasarkan pada pertumbuhan penduduk Pulau Jawa yang semakin banyak sehingga rakyat semakin sulit mendapatkan lapangan pekerjaan.
 
Bagi masyarakat yang dipindahkan ke pulau lain, telah disediakan tanah-tanah yang dapat mereka kelola untuk pertainan atau perkebunan.
 
Sedangkan, program pendidikan atau edukasi dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas masyarakat Hindia. Tujuan utamanya, agar masyarakat Hindia tidak buta huruf dan bisa membaca, serta mencetak tenaga kerja dengan harga murah.
 
Edukasi menjadi program paling berpengaruh bagi masyarakat di Hindia Belanda. Penerapan program edukasi oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan menerapkan pendidikan gaya Barat.
Pendidikan gaya barat tersebut diterapkan di beberapa sekolah yang didirikan pemerintah Hindia Belanda antara lain:
  1. HIS (Hollandsche Inlandsche School)
  2. MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs)
  3. AMS (Algemene Middelbare School)
  4. STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen)
  5. OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren)
Meskipun begitu, program edukasi ini ternyata memantik munculnya golongan elite baru atau golongan terpelajar. Golongan elite baru disebut juga sebagai golongan priyayi. Golongan priyayi tersebut banyak yang berprofesi sebagai dokter, guru, jurnalis, dan aparatur pemerintahan.
 
Mereka memiliki pikiran maju serta semakin sadar terhadap penindasan-penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Selain itu, golongan elite baru berhasil mengubah corak perjuangan masyarakat dalam melawan penindasan pemerintah kolonial, dari yang tadinya bersifat kedaerahan menjadi bersifat nasional. Inilah titik di mana masa pergerakan nasional dimulai.

Dampak Politik Etis

Salah satu dampak Politik Etis yang signifikan adalah tumbuhnya kesadaran awal kebangsaan. Golongan elite yang kritis dan pintar memiliki kesadaran bahwa rakyat Hindia juga memiliki hak untuk memiliki negaranya sendiri dengan utuh.
 
Kesadaran awal kebangsaan di antara kalangan bumiputera ini terjadi di awal abad 20. Titik baliknya pada pembentukan Budi Utomo yang merupakan organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia.
 
Organisasi ini diinisiasi dan beranggotakan mahasiswa STOVIA. Organisasi yang berdiri pada 20 Mei 1908 ini merupakan tonggak awal kebangkitan nasional. Hari lahir Budi Utomo, setiap tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
 
Ada beberapa faktor lain yang membuat kesadaran itu muncul.

Faktor Internal Tumbuhnya Kesadaran Kebangsaan Indonesia

  1. Munculnya Golonga Elite Baru akibat pengaruh bidang edukasi kebijakan Politik Etis
  2. Penderitaan masyarakat bumiputera atas penindasan kolonial Belanda
  3. Tumbuhnya kenangan akan kejayaan masa lalu. Misalnya, Nusantara pernah sangat berkuasa pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit
  4. Munculnya kesadaran untuk bersatu

Faktor Eksternal Tumbuhnya Kesadaran Kebangsaan Indonesia

  1. Masuk dan berkembangnya paham-paham baru di dunia (Liberalisme, Sosialisme, Demokrasi, Nasionalisme, dan Pan-Islamisme)
  2. Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905
  3. Lahirnya pergerakan nasional di wilayah Asia dan Afrika (Tiongkok, India, Filipina, Turki, dan Mesir)
Faktor-faktor di atas berpengaruh besar dalam mengubah karakteristik bangsa Indonesia untuk melawan penjajahan. Berikut corak perjuangan bangsa Indonesia ketika menghadapi penjajahan di masa itu:
  1. Dipimpin dan digerakkan oleh kaum terpelajar. Kaum terpelajar mendorong perjuangan melawan penjajahan barat melalui pendirian organisasi-organisasi pergerakan
  2. Bersifat nasional dan sudah ada persatuan antara daerah. Perjuangan yang dilakukan melalui organisasi berhasil menyatukan masyarakat Hindia Belanda yang terdiri dari beragam suku. Selain itu persamaan nasib membuat munculnya persatuan nasional di masa ini
  3. Melakukan perlawanan secara pemikiran. Perjuangan melalui pemikiran muncul karena masyarakat bumiputera sadar bahwa kekuatan persenjataan tidak mampu mengalahkan pemerintah Hindia Belanda. Alhasil perjuangan beralih melalui pemikiran yang muncul dalam berbagai cara, mulai dari kampanye lewat pers, rapat akbar, tulisan, hingga menolak bekerja sama dengan pemerintah kolonial
  4. Terorganisir dan ada kaderisasi yang jelas. Perjuangan melalui organisasi berhasil menciptakan kaderisasi anggota. Melalui kaderisasi anggota, faktor kepemimpinan dalam perjuangan tidak lagi terfokus pada pemimpin yang kharismatik, karena akan selalu muncul pemimpin dari kaderisasi yang dilakukan oleh organisasi
  5. Memiliki visi yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Perjuangan masyarakat bumiputera di masa ini memiliki tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka.
Nah itulah penjelasan soal politik etis. Kebijakan yang bermula dari balas budi pemerintah Belanda menjadi gerakan kemerdekaan Indonesia.
 
Baca juga: Sejarah Tanggal Pelantikan Presiden RI dari Masa ke Masa, 20 Oktober Sejak Kapan?

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan