Wakil Sekjen FSGI Mansur menyebutkan setidaknya ada enam poin yang dikritisi FSGI terkait 'kurikulum baru' tersebut. Berikut ini rinciannya:
1. Anggaran Kurikulum Prototipe Sangat Besar
Berdasarkan data, kata Mansur, ujicoba Kurikulum Prototipe pada 2021 oleh 2.500 Sekolah Penggerak dan 18.800 Guru Penggerak telah menghabiskan Dana Rp2,86 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan anggaran ujicoba Kurikulum 2013, yaitu Rp1,46 triliun untuk 6.326 Sekolah dan pelatihan guru secara besar-besaran."FSGI mendorong Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengawasi penggunaan anggaran kurikulum prototype yang mencapai hampir Rp3 triliun," tegas Mansur, dalam keterangannya, Jumat, 28 Januari 2022.
Baca: Kurikulum Prototype, Guru Tetap Jadi Kunci Suksesnya Pembelajaran
2. Kurikulum Darurat Tidak Tepat Diterapkan Dalam Kondisi Normal
Opsi Kurikulum Darurat pada awal pandemi covid-19 dinilai tidak tepat diterapkan untuk Kurikulum Prototipe. Sebab, menurut dia, kurikulum darurat hanyalah pemilihan materi esensial dari Kurikulum 2013 (K-13)."Sangat berbeda dengan Prototipe yang dinyatakan Mas Menteri sebagai sebuah Paradigma Baru," ujar Mansur.
FSGI juga mempertanyakan jika kurikulum prototype akan diterapkan secara optsional, apakah ada jaminan berlanjut setelah 2024. Jika tidak, kata dia, akan sisa-sia dan memboroskan uang negara.
"Padahal dalam kondisi pandemi saat ini Indonesia membutuhkan pembiayaan besar untuk menyelamatkan bangsa Indonesia," ungkap Mansur.