Ilustrasi. DOK Freepik
Ilustrasi. DOK Freepik

Hati-Hati, Mahasiswa Bisa Kena Fenomena Duck Syndrome

Renatha Swasty • 19 Agustus 2025 16:54
Jakarta: Fenomena duck syndrome kini semakin marak terjadi di lingkungan kampus, termasuk di Indonesia. Fenomena ini menggambarkan mahasiswa yang tampak berprestasi, aktif dan percaya diri tetapi di balik itu banyak yang sebenarnya sedang menghadapi masalah mental yang serius.
 
Mereka berusaha mempertahankan citra yang kuat dan produktif, meski diam-diam kewalahan dalam menghadapi tuntutan akademik, organisasi, hingga ekspetasi sosial di lingkungannya. Lantas apa itu duck syndrome? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini:

Pengertian Duck Syndrome

Melansir laman ugm.ac.id, istilah duck syndrome berasal dari metafora seekor bebek yang tampak meluncur tenang di permukaan air, padahal di bawahnya sedang mengayuh dengan panik untuk tetap mengapung. Psikolog dari Career and Student Development Unit (CSDU) FEB UGM, Annisa Yuliandri, menyebut istilah ini pertama kali digunakan untuk menampilkan mahasiswa Stanford University yang terlihat tenang, namun sebenarnya berada di bawah tekanan berat.
 
Menurutnya, fenomena serupa kini banyak ditemukan di universitas-universitas, termasuk di Indonesia. Hal ini dapat terjadi ketika mahasiswa merasa dituntut menjaga IPKnya tetap stabil, aktif di organisasi, mengikuti lomba dan magang, serta tetap eksis di media sosial.
 
Baca juga: Apa Itu Duck Syndrome? Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

“Banyak mahasiswa yang merasa harus mengambil setiap kesempatan karena takut merasa tertinggal dengan yang lain. Mereka khawatir jika tidak ikut berbagai kegiatan, mereka akan dianggap malas, dan tidak kompetitif, serta tidak mempunyai masa depan,” kata Annisa. 

Dia mengatakan faktor lain yang turut berperan dalam masalah ini, yakni tuntutan budaya untuk selalu tampak ‘baik-baik saja'. Akibatnya, mahasiswa cenderung menekan atau menyembunyikan emosi mereka yang sebenarnya.
 
Bahkan, mereka juga enggan menampilkan kondisi kelelahan atau kesulitas mereka karena khawatir dianggap lemah. Padahal, mahasiswa hanya manusia yang penuh dengan keterbatasan. Namun, demi menjaga citra, mereka memendam semuanya.
 
“Kita hanyalah manusia dengan penuh keterbatasan. Namun demi mempertahankan citra yang sempurna, banyak yang akhirnya mereka memendam semuanya,” tutur dia. 
 
Annisa menyarankan agar mahasiswa mulai dengan mengenali tanda-tanda duck syndrome dan mengambil langkah untuk mengatasinya. Menurutnya, langkah pertama yang harus dilakukan yaitu jujur pada diri sendiri dan mengakui terhadap kelelahan tanpa memandang sebagai kelemahan.
 
“Kejujuran ini merupakan bentuk dari keberanian. Tidak masalah untuk tidak baik-baik saja. Kita tidak harus selalu untuk produktif atau terlihat bahagia. Dengan menerima segalanya dan mengizinkan diri merasakan kesedihan menjadi bagian dari proses pemulihan,” pesan dia.  (Bramcov Stivens Situmeang)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan