FITNESS & HEALTH

Duck Syndrome: Saat Terlihat Baik-baik Saja Padahal Ada Struggling

Mia Vale
Minggu 09 Februari 2025 / 13:18
Jakarta: Setiap orang mengalami pasang surut kehidupan, tetapi terkadang orang mungkin menyaring apa yang "boleh" dilihat orang lain. Baik secara daring maupun dalam interaksi di dunia nyata, mungkin sulit untuk memberi tahu orang lain jika kamu sedang mengalami masa sulit. 

Mungkin kamu terlihat berhasil oleh orang lain, tapi siapa sangka kalau di balik semua perjalanan tersebut, ada sekelumit kisah. Namun siapa sangka, di balik hasil yang kita capai saat ini, nyatanya ada tekanan atau segudang masalah yang ditutupi, agar selalu terlihat baik-baik saja. Nah, kondisi ini disebut duck syndrome. Yuk, cari tahu mengenai sindrom yang satu ini.
 

Arti duck syndrome


Duck syndrome terjadi ketika seseorang mencoba dan menciptakan ilusi kehidupan yang sempurna tetapi bekerja keras di bawah permukaan untuk menjaga semuanya tetap utuh.

Sindrom ini, pertama kali diciptakan di Universitas Stanford, Amerika Serikat, untuk menggambarkan persoalan para mahasiswanya. 

Istilah ini dikutip laman menganalogikan bebek yang berenang seolah sangat tenang, tetapi kakinya berjuang keras untuk bergerak agar tubuhnya tetap bisa berada di atas permukaan air. 

Jadi, bila kamu mengidap duck syndrome, kamu mungkin takut dengan apa yang dipikirkan orang lain jika mereka mengetahui hidupmu tidak sempurna. Kamu mungkin merasa tidak ada seorang pun yang dapat memahami atau memahami apa yang kamu alami. 

 

Tanda dan gejala  duck syndrome



(Beberapa penderita sindrom ini sering kali akan merasa cemas, gugup, tertekan secara mental, tetapi memaksakan diri untuk tampak baik-baik saja atau bahagia. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)

Duck syndrome hingga saat ini belum secara resmi diakui sebagai gangguan mental. Umumnya fenomena ini dialami oleh mereka yang masih berusia muda, misalnya siswa, mahasiswa, atau pekerja. 

Duck syndrom seperti dinukil dari PsychCentral, bukanlah diagnosis resmi dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, edisi ke-5 (DSM-5). 

Walau ada beberapa yang sama, tanda dan gejala sindrom ini mungkin berbeda-beda, tiap orang. Tanda dan gejala dari duck syndrome ini, meliputi: 

- Perbandingan dengan orang lain 
- Merasa orang lain lebih baik 
- Merasa seolah-olah kamu gagal memenuhi tuntutan hidup 
- Takut akan pengawasan atau kritik 
- Tuntutan akademik
- Ekspektasi yang terlalu tinggi dari keluarga dan teman
- Pola asuh helikopter
- Perfeksionisme
- Pernah mengalami peristiwa traumatik, seperti pelecehan verbal, fisik, dan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, atau kematian orang yang dicintai
- Self-esteem yang rendah

Meski belum diakui secara resmi sebagai gangguan mental, sindrom ini bisa memicu kondisi kesehatan mental yang mendasarinya. Misal, depresi dan kecemasan atau gejala kesehatan mental lainnya. 

Duck syndrome ini bisa tumbuh bila kamu berada di lingkungan keluarga yang sangat menekankan pencapaian atau tumbuh dengan pengasuh yang terlalu protektif.

Baca juga: 5 Spot Bengong yang Hits di Jakarta
 

Mengatasi duck syndrome 


Karena belum banyak yang mengetahui, mengatasi duck syndrome ini, sedikit sulit. Tapi jangan takut, berhubung depresi dan kecemasan bisa terjadi akibat sindrom ini, penanganannya pun mirip dengan mengobati depresi dan kecemasan. 

Jika mengalami duck syndrome, cobalah untuk mencari pertolongan dan lakukan beberapa tips berikut untuk menjaga kesehatan mentalmu:

- Lakukan konseling dengan pembimbing akademik atau konselor di sekolah atau kampus
- Kenali kapasitas diri agar dapat bekerja sesuai dengan kemampuan
- Belajar untuk mencintai diri sendiri
- Jalani gaya hidup sehat, dengan mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, serta menghindari rokok dan minuman beralkohol
- Luangkan waktu untuk melakukan me time atau relaksasi guna mengurangi stres
- Ubah pola pikir menjadi lebih positif dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain
- Jauhi media sosial untuk beberapa waktu

Ingat, tidak ada manusia yang sempurna dan semua orang memiliki perjuangannya masing-masing. Bila kamu merasa mengalami duck syndrome, apalagi jika sudah seperti ingin bunuh diri, cemas setiap waktu, tidak bisa berpikir jernih, atau sulit tidur, jangan ragu berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapatkan pertolongan.

Bantuan tersedia jika kamu merasa stres, kesepian, depresi, atau cemas. Kamu tidak harus menghadapi tekanan sendirian.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH