Ketua Umum PII Heru Dewanto. Dok PII
Ketua Umum PII Heru Dewanto. Dok PII

PII Persiapkan Insinyur Dukung Kepemimpinan Indonesia di G20

Arga sumantri • 13 Desember 2021 10:30
Jakarta: Persatuan Insinyur Indonesia (PII) mendukung kepemimpinan Indonesia di G20. Ia menyebut diperlukan melakukan penguatan insinyur profesional Indonesia hingga mencapai ‘bonus insinyur’ atau jumlah insinyur yang surplus melampaui kebutuhan. 
 
Ketua Umum PII Heru Dewanto mengatakan hal tersebut  akan menjadi pembahasan, dalam Kongres Persatuan Insinyur Indonesia (PII) XXII, yang akan digelar di Nusa Dua, Bali, pada 17 Desember 2021.
 
"Bonus insinyur itu merupakan kata kunci yang penting dalam memastikan Indonesia sukses dalam kepemimpinan G20. Oleh karena itu tema Kongres PII XXII kali ini adalah Penguatan Insinyur Profesional Indonesia Menuju Kepemimpinan Indonesia di Panggung Dunia," ujar Heru dalam keterangannya, Senin, 13 Desember 2021.

Ia mengatakan, tema tersebut sejalan dengan visi Indonesia sebagai Presidensi G20, yang fokus untuk menyukseskan tiga hal, yakni penanganan kesehatan yang inklusif, transformasi berbasis digital dan transisi menuju energi berkelanjutan. Heru memastikan, organisasi PII akan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki guna mendukung keberhasilan kerja besar kepemimpinan Indonesia di G20.
 
Baca: Tak Hanya TPS dan TKA, Ada Tes Bahasa Inggris di UTBK 2022
 
PII telah melakukan banyak hal dalam memenuhi kebutuhan insinyur hingga nantinya mencapai ‘Bonus Insinyur’ di Indonesia. Ia menyebut PII telah memiliki dan mempraktikkan proses lima rantai nilai keinsinyuran (engineer value chain), sejak para calon insinyur menempuh pendidikan teknik, menjadi sarjana, lalu menjadi insinyur profesional, sertifikasi, hingga memiliki standar global. 
 
"Bahkan saat ini para mahasiswa dan alumni vokasi bisa menempuh proses untuk menjadi insinyur, tersertifikasi, hingga mencapai standar yang diakui sebagai international engineer," ungkapnya.
 
Ia mengatakan, jumlah anggota PII saat ini mencapai 47.125 orang, dan yang profesional mencapai 19.025 orang. Menurut dia, jumlah ideal insinyur di Indonesia sangat tergantung dari program pemerintah mengenai infrastruktur. 
 
Namun, sebagai gambaran, situasi di Indonesia saat ini, ada sekitar 3.200 insinyur untuk setiap satu juta penduduk. Sementara Vietnam memiliki sekitar sembilan ribu insinyur untuk setiap satu juta penduduk. Menurut Heru, jika berniat bersaing dengan Vietnam, Indonesia butuh jumlah insinyur yang lebih banyak.
 
Ia menilai insinyur juga bisa berkontribusi dalam tujuan G20 mengenai penanggulangan permasalahan pandemi covid-19, termasuk di bidang ekonomi. Menghadapi pandemi, kata dia, butuh banyak inovasi.
 
"Para insinyur adalah orang-orang yang dididik bekerja membuat inovasi, semakin banyak insinyur, semakin banyak kita membuka peluang solusi-solusi yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya," ujar Heru.
 
 

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim selaku Pembina PII berharap profesi insinyur di Indonesia bisa makin kompetitif. Kerja sama dengan perguruan tinggi sebagai tempat pendidikan calon insinyur pun diminta lebih erat.
 
Nadiem menyatakan, saat ini Kemendikbudristek telah meluncurkan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) Teknik untuk melaksanakan akreditasi Program Studi Teknik di seluruh perguruan tinggi di Indonesia. 
 
"Kemendikbudristek telah menetapkan LAM Teknik, yang berada di bawah PII, yang akan mengakreditasi Program Studi Teknik di seluruh perguruan tinggi se-Indonesia," kata Nadiem.
 
Baca: Darurat Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan, Percepat Proses RUU TPKS Jadi UU
 
LAM Teknik ini menggantikan fungsi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT) khusus untuk program studi teknik. Melalui akreditasi yang berbasis pada organisasi profesi diharapkan kualitas dan kompetensi insinyur akan lebih sesuai dengan kebutuhan dunia profesi. 
 
Selain LAM Teknik, PII juga menyelenggarakan IABEE yg telah ditetapkan sebagai anggota provisional Washington Accord dan Seoul Accord. Artinya, sistem akreditasi dari IABEE PII bagi program studi teknik dan ilmu komputer juga diakui memenuhi standar internasional.
 
Untuk pengembangan standar pendidikan profesi Insinyur, Kemendikbudristek juga telah membentuk tim Tim Pengembangan Pendidikan Profesi Insinyur (TP3I) yang merupakan tim gabungan antara PII dan perguruan tinggi.
 
Bahkan, kata Nadiem, mulai tahun ini Kemendikbudristek dan PII mulai mengirim lima puluh mahasiswa vokasi untuk magang industri di Hungaria. Jumlah ini akan terus bertambah ke depannya. 
 
"Selain implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang kami programkan, ini juga merupakan dukungan Kemendikbud Ristek dalam pengembangan keinsinyuran di Indonesia," ungkap Nadiem.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan