Plt Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi, Agus Haryono, menyampaikan alasan diusulkannya dua agenda itu lantaran meningkatnya berbagai permasalahan yang dihadapi negara-negara anggota G20 selama ini. Serta diperlukan solusi dari anggota G20 untuk menjawab permasalahan yang dihadapi negara anggota G20 secara bersama dalam perspektif global.
Dia menyebut perlu penetapan target dan komitmen yang kuat antarnegara anggota G20 untuk mewujudkan target tersebut. “Selain itu, masih adanya kesenjangan kemampuan penelitian yang cukup lebar di antara negara anggota G20,” kata Agus dikutip dari laman brin.go.id, Jumat, 18 Februari 2022.
Pihaknya berharap muncul platform kolaboratif riset dan inovasi yang lebih kuat dan lebih efektif di antara negara anggota G20. Selain itu, memberikan nilai dan peran penting riset dan inovasi dalam membangun ekonomi dunia yang tangguh dalam menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.
Agus menyebut dalam agenda prioritas itu akan diusulkan empat kegiatan penelitian. Yakni penelitian tentang keanekaragaman hayati, kelautan, energi baru dan terbarukan, serta ruang angkasa dan atmosfer.
Agus mendorong seluruh anggota G20 meningkatkan kolaborasi riset dan inovasi. Hal itu agar agenda prioritas berjalan dengan baik.
“Indonesia akan mengajak negara-negara anggota G20 untuk sharing fasilitas dan infrastruktur penelitian, mengurangi kesenjangan yang ada, mengembangkan mekanisme dukungan riset dan inovasi bagi negara-negara anggota,” ujar dia.
Indonesia melalui BRIN menyambut terbuka dan mendorong peneliti dari seluruh negara anggota G20 melakukan penelitian di Indonesia. Penelitian tetap sesuai dengan skema kebijakan dan regulasi yang berlaku.
Sementara itu, Plt Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian, Ocky Karna Radjasa, menjelaskan ada dua hal penting yang diharapkan dari agenda prioritas pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk mendukung green dan blue economy. Pemanfaatan keanekaragaman hayati menjadi faktor penting mendukung green dan blue economy.
"Dan meningkatkan kekuatan dan kapasitas negara-negara anggota G20 untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan sebagai sumber daya utama untuk mendukung green and blue economy yang dimobilisasi secara optimal dan kolaboratif dan manfaatnya dapat dirasakan secara adil,” kata Ocky.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas, Subandi Sardjoko, mengatakan side event G20 ini merupakan ajang mempromosikan keunggulan yang dimiliki Indonesia, khususnya terkait riset dan inovasi. Dia berharap dari ajang itu muncul kolaborasi antara Indonesia dan negara anggota G20.
“Event ini kita jadikan sebagai ajang jualan kita untuk mempromosikan keunggulan riset dan inovasi. Kita harus mampu menyampaikan kepada dunia apa keunggulan kita, sehingga produk kita dibeli dan negara-negara maju akan berkolaborasi dengan kita,” kata Subandi.
Subandi menyebut tema utama yang harus dijadikan unggulan dalam perhelatan RIIG ialah pemanfaatan keanekaragaman hayati dalam mendukung green and blue economy. Sebab, isu green and blue economy menjadi topik mendunia yang selalu dibahas dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
Sementara itu, terkait ide meningkatkan kerja sama riset dan inovasi menunjukkan Indonesia mempunyai berbagai fasilitas dan infrastruktur yang siap untuk dikolaborasikan antarnegara anggota G20. “Kapasitas periset kita melalui kolaborasi ini bisa ditingkatkan sehingga sumber daya riset kita nantinya akan semakin kuat,” tutur dia.
Dia menuturkan pandemi covid-19 memengaruhi kondisi perekonomian Indonesia. Subandi menyebut Indonesia memerlukan transformasi ekonomi sebagai strategi jangka panjang untuk bisa lepas dari persoalan ekonomi dan bangkit dari krisis sebagai dampak dari pandemi covid-19.
“Strateginya adalah melakukan pergeseran struktur ekonomi dari sektor kurang produktif ke sektor yang lebih produktif/industrialisasi dan pergeseran produktivitas antar sektor,” ujar dia.
Strategi berikutnya, ekonomi hijau sebagai model pembangunan yang menyinergikan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan melalui Ekonomi Rendah Karbon dan Transisi Energi.
Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan, Kementerian Luar Negeri, Hari Prabowo, menuturkan Presidensi G20 mengambil tema 'recover together recover stronger'. Hal itu fokus pada pemulihan kondisi ekonomi setelah diterpa pandemi covid-19.
Hari menyebut pemerintah ingin pemulihan yang memungkinkan semua negara pulih dan maju bersama. “Untuk itu kita akan mengedepankan multilateralisme, partnership, dan inklusivitas. Presidensi Indonesia akan memastikan ekonomi dunia yang terbuka, adil, dan saling menguntungkan,” kata Hari.
Dia menyebut kondisi pandemi harus dijadikan momen langka untuk transformasi dunia menjadi lebih baik. Presidensi Indonesia akan menyediakan platform terobosan dalam upaya transformasi di berbagai bidang.
Kedua, transformasi digital yang memastikan transisi digital inklusif bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Ketiga, transisi energi berkelanjutan yang mendorong G20 berperan memastikan ketersediaan teknologi bersih yang terjangkau.
Dia menyebut satu hal yang menjadi pembeda Presidensi G20 yang diinisiasi Indonesia ialah meski G20 forum multilateral yang bresifat norm setting dan sorm shaping, Indonesia akan mencoba mendorong G20 menghasilkan sesuatu yang konkret deliverables.
"Dan ini menjadi tantangan kita semua dan harus diupayakan oleh seluruh pihak yang terlibat dalam pencapaian tujuan G20 sebagaimana yang diamanatkan oleh Presiden RI,” kata dia.
Baca: BRIN Dorong Lebih Banyak Start Up Berbasis Riset
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News