Indonesia melalui BRIN menyambut terbuka dan mendorong peneliti dari seluruh negara anggota G20 melakukan penelitian di Indonesia. Penelitian tetap sesuai dengan skema kebijakan dan regulasi yang berlaku.
Sementara itu, Plt Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian, Ocky Karna Radjasa, menjelaskan ada dua hal penting yang diharapkan dari agenda prioritas pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk mendukung
green dan blue economy. Pemanfaatan keanekaragaman hayati menjadi faktor penting mendukung
green dan blue economy.
"Dan meningkatkan kekuatan dan kapasitas negara-negara anggota G20 untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan sebagai sumber daya utama untuk mendukung
green and blue economy yang dimobilisasi secara optimal dan kolaboratif dan manfaatnya dapat dirasakan secara adil,” kata Ocky.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas, Subandi Sardjoko, mengatakan
side event G20 ini merupakan ajang mempromosikan keunggulan yang dimiliki Indonesia, khususnya terkait riset dan inovasi. Dia berharap dari ajang itu muncul kolaborasi antara Indonesia dan negara anggota G20.
“
Event ini kita jadikan sebagai ajang jualan kita untuk mempromosikan keunggulan riset dan inovasi. Kita harus mampu menyampaikan kepada dunia apa keunggulan kita, sehingga produk kita dibeli dan negara-negara maju akan berkolaborasi dengan kita,” kata Subandi.
Subandi menyebut tema utama yang harus dijadikan unggulan dalam perhelatan RIIG ialah pemanfaatan keanekaragaman hayati dalam mendukung
green and blue economy. Sebab, isu
green and blue economy menjadi topik mendunia yang selalu dibahas dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
Sementara itu, terkait ide meningkatkan kerja sama riset dan inovasi menunjukkan Indonesia mempunyai berbagai fasilitas dan infrastruktur yang siap untuk dikolaborasikan antarnegara anggota G20. “Kapasitas periset kita melalui kolaborasi ini bisa ditingkatkan sehingga sumber daya riset kita nantinya akan semakin kuat,” tutur dia.