Mahasiswa yang akrab disapa Nadia itu membagikan cerita selama menempuh pendidikan di universitas terbaik se-Asia Tenggara itu. Nadia bercerita, mulanya mengetahui program IISMA dari dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair sekaligus Kepala Airlangga Global Engagement (AGE) Unair Iman Harymawan.
Nadia mendapatkan dukungan moral selama menempuh ISMA. Khususnya dari International Undergraduate Programme (IUP) FEB Univeritas Airlangga (Unair) Devi Sulistyo Kalanjati.
“Beliau selalu menyemangati mahasiswanya untuk belajar dengan rajin dan aktif dalam hal akademik maupun non akademik,” tutur Nadia dikutip dari laman unair.ac.id, Kamis, 9 Juni 2022.
Dia kemudian langsung menyiapkan dokumen yang dibutuhkan. Seperti transkrip, sertifikat bahasa Inggris, dan syarat lainnya.
Waktu yang diberikan untuk menyiapkan dokumen cukup padat mengingat hanya ada jeda dua pekan dari sosialisasi program IISMA hingga penutupan pendaftaran. Nadia mengungkapkan hal yang sedikit sulit disiapkan ialah mencari lembaga bahasa yang masih memiliki kuota dan menyediakan hasil tes di waktu yang sudah ditentukan.
“Alhamdulillah saya bisa mendapatkan kuota di UNJ dan memenuhi persyaratan IISMA,” ucap dia.
Nadia mengaku mengalami culture shock selama menimba ilmu di Singapura. Namun, dia sudah mengantisipasi beberapa hal. Hal-hal umum di Singapura seperti mahasiswa yang bisa dikatakan ‘ambis’, selalu tepat waktu, dan budaya suka antre.
“Ada cerita menarik. Jadi, di kelas Venturing Entrepreneurship, saya bertemu dengan salah satu teman yang sudah menyelesaikan kerja kelompok dua minggu sebelum tenggat waktu,” tutur dia.
Selain aktif mengikuti perkuliahan, Nadia mengikuti beberapa kegiatan yang disediakan oleh hall office. Seperti program memasak, seminar tentang mental health, dan kegiatan yang diadakan oleh International Office NTU, GEM, seperti outing ke sentosa, bowling, dan lain-lain.
Nadia menyebut walaupun Singapura dan Indonesia tidak jauh dari segi geografis dan budaya, selalu ada gap yang dirasakan. Cara Nadia mengisi dan mengatasi gap tersebut ialah dengan menjadi mahasiswa yang selalu beradaptasi.
“Hal yang terpenting menurut saya adalah bagaimana menjadi orang yang bisa beradaptasi di mana pun kita ditempatkan,” cerita dia.
Mahasiswa asal Surabaya itu juga membagikan pengalaman Lebaran selama di Singapura. Nadia menyebut puasa tidak berbeda jauh dengan Indonesia.
Sebab, banyak warga Singapura beragama Islam. Setidaknya, ada tiga hal yang berbeda antara Lebaran di Singapura dan Indonesia.
“Ini pertama kalinya saya merayakan Lebaran jauh dari keluarga dan hanya ditemani oleh teman-teman. Namun kehangatan lebaran masih bisa saya dapatkan,” tutur dia.
Pertama, salat Idulfitri dilaksanakan berdasarkan booking. Nadia dan teman-temannya harus booking terlebih dahulu untuk salat di masjid dan sesi. Kedua, pelaksanaan salat Idulfitri di dalam masjid, tidak di lapangan seperti di Indonesia.
“Yang terakhir adalah tradisi makan. Mungkin sebenarnya ada, cuma mengingat selama saya di Singapura tidak ada sanak keluarga, maka tradisi makan opor ayam, rendang, dan menu spesial Lebaran lainnya,” tutur dia.
Baca: Cerita Alya Tembus Beasiswa IISMA dan Studi di Kota Teraman Dunia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
