Tim ini terdiri dari Dana Waskita, Acep Iwan Saidi, Untari Gunta Pertawi dan Evi Azizah Febriyanti. Pasir Panjang adalah desa wisata di Kepulauan Komodo Nusa Tenggara Timur.
Desa ini terletak di ujung timur Pulau Rinca tersebut memiliki sekitar 1.800 penduduk dari 500 Kepala Keluarga. Penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan.
Namun, sejak dijadikan desa wisata pada 2019, banyak anak muda yang memilih profesi sebagai pemandu wisata (naturalist guide). Selain di desanya, beberapa di antara mereka juga ada yang direkrut menjadi pemandu wisata di wilayah taman nasional Kepulauan Komodo.
Sebagai pemandu lokal, penduduk di sana rata-rata hanya berpendidikan sekolah menengah, bahkan ada yang hanya sekolah dasar. Sehingga kemampuan berkomunikasi warga belum memadai, terutama kemampuan bahasa asing (Inggris).
“Kami ingin berbagi pengalaman mengenai cara berkomunikasi, terutama dalam bahasa Inggris karena Pulau Komodo menjadi salah satu tujuan utama wisata turis asing,” kata Ketua Tim Dosen, Dana Waskita dalam siaran persnya, Sabtu, 27 Juli 2024.
Menariknya, dalam pelatihan ini salah seorang pemateri juga merupakan pemandu senior di desa Pasir Panjang, yakni Kuba Arsida. “Kami juga perlu berguru kepada masyarakat setempat, tentu banyak hal yang tidak kami ketahui tentang Masyarakat Pasir Panjang”, jelas Acep Iwan Saidi yang memoderatori Kuba dalam penyampaian materinya.
Kuba pun bercerita tentang pengalamannya. Menurutnya, di Pulau Rinca dan Kepulauan Komodo pada umumnya, pemandu tidak hanya dituntut untuk mampu berbahasa dengan baik, tapi juga mampu memahami bahasa tubuh, termasuk bahasa tubuh Komodo.
“Komodo itu meskipun tampak jinak, ia bisa sesekali menyerang manusia, dan sudah banyak korban, “ jelas Kuba.
Foto bersama peserta pelatihan, Kepala Desa, dan Tim Dosen KK LBV ITB. Foto: Dok. pribadi
Khususnya di Desa Pasir Panjang, Komodo masih merupakan hewan liar dan hidup bebas di hutan di seputar desa. Menurut Kepala Desa, Nurdin, Komodo juga beberapa kali telah menyerang warganya.
Terkait dengan penjelasan Kuba, dalam konteks bahasa Inggris, tim dosen ITB pun tidak hanya mengajarkan kemampuan verbal, tetapi juga nonverbal. Materi yang disampaikan Untari Gunta Pertiwi menyangkut bahasa tubuh dan gesture.
Pelatihan bahasa pun menjadi lebih dinamis karena para peserta juga dituntut untuk mempraktikkan kemampuan bahasa tubuhnya. Pemaparan pelatihan Bahasa Inggris oleh Untari Gunta Pertiwi dan pemaparan promosi wisata melalui media sosial oleh Evi Azizah Febriyanti.
Di samping memberikan pelatihan bahasa, tim dosen ITB juga memberikan materi branding diri (personal branding) untuk para peserta melalui media digital (media sosial). Materi yang disampaikan Evi Azizah ini penting untuk mengenal diri pada publik yang lebih luas dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
| Baca juga: Ini Penyebab Cuaca Dingin di Bandung pada Musim Kemarau Menurut Pakar ITB
|
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
