Direktur Program PINTAR Tanoto Foundation, M Ari Widowati mengungkapkan, pelatihan ini bertujuan membantu sekolah dan madrasah menanggulangi penurunan kemampuan belajar siswa (learning loss) akibat PJJ. Pada Juni ini, para fasilitator di 25 kabupaten/kota mitra dilatih selama empat hari secara synchronous (tatap maya) dan asynchronous (berlatih mandiri).
"Mereka kami latih menggunakan modul penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi covid-19 yang diadaptasi dari panduan yang dikeluarkan oleh Kemendikbudristek,” kata Ari, Kamis, 24 Juni 2021.
Peserta dilatih untuk mampu mengidentifikasi kemampuan belajar setiap individu siswa dan cara memberikan pembelajaran yang beragam. Metode ini dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan belajar siswa.
"Pada Juli, para fasilitator terpilih akan melatih dan mendampingi para guru dan kepala sekolah di 843 sekolah dan madrasah mitra yang tersebar di lima provinsi, Sumatra Utara, Riau, Jambi, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur," jelasnya.
Baca: Tahun Ajaran Baru: Saatnya Menemukan Passion Baru!
Guru dan kepala sekolah juga akan dilatih bersama karena keduanya punya peran penting. Ketika guru menyiapkan pembelajaran untuk siswa, kepala sekolah harus memastikan kebutuhan guru agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Modul untuk Guru dan Kepala Sekolah
Modul pelatihan ini diperuntukkan bagi kepala sekolah dan guru. Modul kepala sekolah terdiri dari dua unit, yaitu kesiapan sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi dan mekanisme kegiatan belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran campuran (blended learning).Kepala Pelatihan Program Pintar Tanoto Foundation Golda Simatupang mengatakan, Setelah menguasai modul ini, kepala sekolah diharapkan dapat menyiapkan PTM terbatas. Mulai dari melengkapi persyaratan administratif, memastikan sarana dan prasarana, menyusun strategi dan pengaturan pembelajaran, serta menyiapkan prosedur monitoring dan evaluasi agar PTM terbatas dapat terlaksana dengan aman dan efektif di sekolah.
Kepala sekolah juga dilatih mengembangkan pola hadir guru dan tenaga kependidikan di sekolah yang terkait dengan pembelajaran campuran. Mulai dari pembuatan RPP yang telah mengadaptasi pembelajaran campuran, menyiapkan kebutuhan pendukung pembelajaran, hingga melaksanakan simulasi pembelajaran campuran
"Agar sekolah lebih siap dan efektif dalam implementasinya," ucap Golda.
Sementara, modul pelatihan untuk guru juga terdiri dari dua unit, yaitu penilaian diagnostik dan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi. Setelah menguasai modul ini, para guru diharapkan dapat melakukan asesmen diagnostik pada siswanya.
Baca: Kemendikbudristek: PTM Terbatas Masih Opsi Terbaik Atasi Learning Loss
Dengan adanya proses asesmen diagnostik, guru dapat merancang pembelajaran yang tepat sesuai dengan kemampuan anak. Sama halnya ketika guru ingin melakukan pembelajaran berbeda untuk anak.
"Asesmen diagnostik dapat membantu guru untuk melihat anak ada di level berapa dalam hal learning loss, sehingga guru dapat merancang pembelajaran yang berbeda agar sesuai dengan kebutuhan anak tersebut," jelas Golda.
Sementara, Kepala SMPN 2 Kendal, Jawa Tengah, Supardi, menyebut pelatihan ini menjadi kebutuhan mendesak bagi pengelola sekolah dalam menyiapkan pembukaan sekolah pada Juli mendatang. Pelatihan ini sangat membantu kami dalam menyiapkan pembelajaran campuran PTM terbatas dan PJJ.
"Kami bisa mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, tanpa mengurangi hasil belajarnya," kata Supardi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News