Fery menyebut penting ada cadangan pangan untuk kedelai. Cadangan ini dapat digunakan untuk mengantisipasi kenaikan harga oleh pemerintah.
“Kedelai sudah menjadi bahan pangan pokok masyarakat Indonesia, sehingga peran dan intervensi pemerintah sangat diperlukan. Cadangan pangan (kedelai) dapat digunakan dalam bentuk operasi pasar ketika pasokan tidak tersedia,” ujar dia.
Fery menyebut solusi pengganti kedelai sangat mungkin dan sudah dilakukan kelompok/komunitas masyarakat. Mereka memanfaatkan hasil potensi lokal yang berasal dari kacang-kacang selain kedelai. Seperti biji legum, kacang edamame, kacang tolo, kacang hijau, kacang kedelai hitam, kacang koro, dan biji lamtoro yang potensinya belum dioptimalkan.
“Kacang-kacangan ini bisa didapat dengan mudah dan ternyata memiliki kandungan gizi dan protein yang lebih tinggi dari kedelai impor (khususnya). Akan tetapi pengarajin tahu tempe enggan menggunakan biji-biji lokal ini. Ini karena proses produksi agak berbeda, adanya bau dan rasa yang tidak biasa,” beber dia.
Fery menyebut hal itu sebenarnya tergantung kebiasaan. Masyarakat harus diedukasi tempe dan tahu dari nonkedelai juga memiliki rasa dan kandungan gizi/protein yang lebih bagus.
Dia menilai pengrajin tahu tempe yang memanfaatkan biji nonkedelai juga mesti diberikan insentif. Misalnya, bantuan modal pengembangan usaha dan bantuan mekanisasi/mesin untuk pengolahan agar lebih higenis dan disenangi konsumen.