Rerie mengungkapkan, survei bank dunia beberapa waktu lalu menyebutkan kalau sekolah menghadapi berbagai tantangan, terlebih di masa pandemi. Sejumlah tantangan itu antara lain kondisi kualitas layanan pendidkan, kualifikasi dan komposisi guru, serta tuntutan mengajar di sekolah.
"Ada lagi beberapa hal yang sifatnya nonteknis. Dan harus diakui, khususnya ini terjadi di wilayah tertinggal," kata Rerie saat membuka diskusi Forum Denpasar 12 bertajuk Polemik guru dan Tata Kelola Pendidikan Nasional secara daring, Rabu, 20 Januari 2021.
Baca: Gotong Royong jadi Solusi Hadapi Perubahan
Rerie juga mengungkapkan hasil survei UNESCO dan Global Education Monitoring pada 2016. Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara berkembang yang diberikan catatan terkait layanan pendidikan.
"November, Bank Dunia mengukur kualitas kinerja layanan pendidikan, dan kita juga mendapatkan catatan yang harus kita pelajari karena ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama," jelasnya.
Temuan utama yang didapatkan, kata dia, ada krisis pembelajaran siswa dan tingkat ketidakhadiran guru yang mencapai lebih dari 23 persen. Masalah lainnya yakni pengetahuan guru, materi pembelajaran, termasuk infrastruktur sekolah yang kurang memadai.
Rerie menyatakan sederet catatan ini memunculkan sebuah pertanyaan, apakah masalah ini berdiri sendiri? Atau justru ada benang merah dengan masalah kesejahteraan dan kepastian situasi guru itu sendiri.
"Terus, kalau ada benang merahnya, apa yang harus kita lakukan? Kita berhadapan dengan berbagai tuntutan. Tuntutan tersebut harus didengarkan sebisa mungkin secara objektif dan dicarikan jalan keluar untuk dapat diakomodasi," bebernya.
Rerie mengungkapkan Presiden Joko Widodo memiliki visi pendidikan Indonesia 2035. Yaitu, membangun rakyat untuk menjadi pembelajar seumur hidup, unggul, dapat terus berkembang sejahtera dan berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Baca: Generasi Muda Harus Akrab dengan Jati Diri Bangsa
Menurut dia, visi ini sangat mulia sekaligus berat. Visi ini perlu didukung guru yang dapat memaksimalkan segala daya upaya untuk membawa anak didiknya mencapai apa yang sesuai dengan cita-cita.
"Kalau membebankan ini kepada guru, apakah kita sudah punya tata kelola yang membuat para guru mampu mengemban misi ini, membuat guru dapat mengesampingkan berbagai macam masalah yang sifatya sama sekai tidak berhubungan dengan kondisi para guru sebagai seorang pendidik," terangnya.
Ia menegaskan, sederet catatan ini merupakan pekerjaan rumah bersama. Ia berharap forum diskusi Denpasar 12 mampu memunculkan banyak masukan untuk perbaikan kualitas guru dan tata kelola pendidikan nasional.
Diskusi Forum Denpasar 12 edisi 41 menghadirkan narasumber antara lain Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi, serta Pendiri Surya Institute sekaligus Guru Besar Universitas Satya Wacana dan Pendiri Matematika GASING, Yohannes Surya.
Selain itu, ada juga Rektor Universitas Negeri Gorontalo Eduart Wolok dan Direktur Eksekutif Sekolah Sukma Bangsa Ahmad Baedowi. Diskusi turut dihadiri pemerhati pendidikan Butet Manurung dan jurnalis senior Kompas Yovita Arika selaku panelis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News