Paula Verhoeven dan Bonge catwalk di Citayam Fashion Week. TikTok @paulaverhoeven
Paula Verhoeven dan Bonge catwalk di Citayam Fashion Week. TikTok @paulaverhoeven

Pakar Unair Sebut Citayam Fashion Week Tunjukkan Kreativitas Berpakaian Tanpa Merek Elite

Renatha Swasty • 19 Juli 2022 20:03
Jakarta: Akhir-akhir ini Citayam Fashion Week (CFW) tengah naik daun. CFW merujuk kumpulan remaja asal Citayam yang berpakaian modis dengan gaya street-style di seputaran Jalan Jenderal Sudirman, Dukuh Atas, Jakarta Pusat.
 
Pakar Komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Rachmah Ida turut mengomentari CFW. Dia menyebut fenomena ini muncul ketika anak muda tidak mendapat ruang oleh budaya mainstream yang sering dikuasai oleh mereka yang punya debut.
 
“Mereka melihat area tersebut merupakan ruang publik baru yang selama ini tidak mereka dapatkan di media massa atau ruang publik yang terlalu elite,” kata Ida dikutip dari laman unair.ac.id, Selasa, 19 Juli 2022.

Dia menuturkan tren busana yang selama ini disetir oleh kalangan menengah ke atas berusaha diubah. Remaja-remaja itu mencoba melakukan dekonstruksi terhadap barang-barang fashion yang tidak dapat dijangkau orang-orang di jalan.
 
"Dengan menyajikan fashion jalanan yang tidak kalah menariknya dengan fashion yang biasa dinikmati oleh kalangan middle-upper class,” jelas guru besar pertama bidang media di Indonesia itu.
 
Ida menuturkan busana yang dipakai kumpulan remaja di Citayam itu mengartikulasikan kreativitas dalam berpakaian keren tanpa ada merek-merek ternama dan elite. “Mereka ingin mengomunikasikan bahwa ini adalah urban street fashion yang selama ini termarjinalkan, tidak diperhatikan, dan mungkin bahkan tidak mampu diakomodasi oleh media populer karena dianggap tidak laku,” tutur dia.
 
Ida menyebut gaya yang ditunjukan di CFW cenderung unik dan berbeda. Hal itu merupakan bentuk dari liberated young people, yakni keinginan anak muda untuk membebaskan diri dari kungkungan kapitalisme melalui busana.
 
Dia mengakui keberadaan media sosial TikTok dapat mendorong munculnya subkultur baru. TikTok menjadi media sosial gratis yang diminati, termasuk pada middle-lower class.
 
"Sehingga subkultur yang selama ini termarjinalkan, tidak ada tempat, bisa menjadi bermunculan,” tutur dia.
 
Ida memuji keberanian kelompok remaja di CFW menunjukkan eksistensi lewat busana. Dia menyebut remaja-remaja itu berani mengutarakan kebebasan berpakaian.
 
“Selama ini, secara tidak sadar busana telah dikotak-kotakan. Ini busana identitas desa, identitas kota, dan sebagainya,” ucap dosen Ilmu Komunikasi Unair tersebut.
 
Kemunculan fenomena CFW dimaknai Ida sebagai kemunculan subkultur yang harus bisa diterima. “Jangan hanya budaya yang dimiliki oleh kaum elite saja yang diterima, namun budaya yang lain juga punya kesempatan untuk menunjukkan eksistensi identitas mereka,” tutur Ida.
 
Baca juga: Citayam Fashion Week Viral, Begini Penjelasan Pakar Sosiologi

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan