Psikolog anak dan keluarga, Farida Aini, menyayangkan hal itu. Dia menyebut kasus berulang ini bisa menyebabkan anak dan orang tua memiliki pandangan institusi pendidikan merupakan tempat yang menyeramkan.
"Kasus pelecehan seksual yang terjadi sangat disayangkan. Institusi pendidikan yang seyogiyanya menjadi tempat paling aman, nyaman, dan menyenangkan berubah menjadi tempat yang menyeramkan dan tidak aman," kata Farida kepada Medcom.id, Selasa, 12 Julli 2022.
Apalagi, pelaku merupakan sosok guru yang dianggap bisa menjadi teladan, inspirasi, dan ujung tombak pendidikan. Farida menyebut peristiwa ini sangat memalukan dan mencoreng nama baik institusi pendidikan.
Farida mengatakan fenomena baru-baru ini terjadi justru di institusi yang mestinya menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dan peradaban. Hal ini pula yang membuat wajah sekolah serupa SPI dan Pesantren Shiddiqiyyah kian tenggelam.
"Sekolah dengan model asrama yang memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk bisa berproses dan belajar dalam setting 24 jam, dengan harapan menjadi lulusan unggul justru meninggalkan kesan traumatis mendalam," tutur dia.
Farida mengatakan dampak paling buruk tentu dirasakan anak-anak korban pelecehan seksual. Mereka akan mengalami trauma mendalam dan memengaruhi kesehatan mental.
"Tak sedikit dari mereka yang kemudian berpotensi menjadi pelaku di masa mendatang. Fenomena ini seperti lingkaran setan sehingga butuh penanganan yang lebih serius untuk memutus mata rantai tersebut," tutur Farida.
| Baca juga: Anak Harus Diajarkan Berani Menegur dan Melapor Pelaku Kekerasan Seksual |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
