“Nanti di Semester 3 ikut program MORA Overseas Student Mobility Awards (MOSMA) ke luar negeri, yang akan dihargai setara 20 SKS," kata Ruchman saat memberikan pembekalan pada PBAK IAIN Kediri dikutip dari laman kemenag.go.id, Senin, 28 Agustus 2023.
MOSMA merupakan proragm beasiswa hasil kolaborasi Kementerian Agama dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). MOSMA merupakan salah satu program implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
MOSMA berbentuk program mobilitas fisik yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di perguruan tinggi luar negeri. Program ini berlangsung selama 1 semester dengan durasi maksimal 6 bulan.
Mahasiswa bakal mendapatkan kredit yang dapat dikonversi ke dalam SKS (Satuan Kredit Semester) di kampus asal. MOSMA memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk kuliah di perguruan tinggi luar negeri.
Sehingga, dapat meningkatkan wawasan berpikir keilmuan, bersikap terbuka, beradaptasi dengan kultur perkuliahan maupun kehidupan kampus berskala internasional serta merasakan besarnya potensi Indonesia di kancah internasional. Hal ini diharapkan akan memotivasi mahasiswa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, baik melalui beasiswa maupun mandiri.
Tahun ini kali pertama pelaksanaan program beasiswa MOSMA Kemenag. Sebanyak 124 mahasiswa PTKIN lolos seleksi dan bertahap diberangkatkan ke luar negeri, baik tingkat S1, S2, maupun S3.
Sebanyak 67 mahasiswa yang mendapat kesempatan kuliah satu semester di Amerika Serikat, 10 mahasiswa di Inggris, 18 mahasiswa di Malaysia, serta 29 mahasiswa akan kuliah di Tunisia dan Maroko.
“Jangan lama-lama kuliah di IAIN Kediri. Segera lanjutkan studi S2 dan S3 melalui BIB Kemenag RI. Syukur-syukur bisa mengambil studi di PT terbaik di luar negeri,” kata Ketua Project Management Officer Beasiswa Indonesia Bangkit (PMO-BIB) Kemenag RI ini.
Ruchman menyebut mahasiswa masa kini harus mampu manjawab tantangan era revolusi 4.0 yang ditandai dengan majunya teknologi informasi, komunikasi. Dia mengatakan saat yang sama, muncul juga fenomena era disrupsi (kektidakpstian) yang menimbulkan fenomena matinya kepakaran (the death of expertice).
“Mahasiswa IAIN harus bisa menjadi ahli pada bidangnya dan belajar pada ulama dan dosen yang juga ahli di bidang agama, bukan malah mengandalkan mbah Geogle,” kelakar Ruchman.
Ruchman juga mengajak mahasiswa IAIN Kediri berada pada garda terdepan dalam penguatan moderasi beragama. Dia mengidentifikasi setidaknya tiga masalah yang dihadapi Indonesia saat ini.
Pertama, munculnya kelompok yang mempertanyakan konsensus nasional. Mereka ingin mengubah dasar negara Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bineka Tunggal Ika yang telah dirumuskan the founding bangsa ini dengan ideologi lain.
Kedua, kelompok yang merasa dirinya sebagai orang yang paling benar (truth claim). Ketiga, kelompok silent majority, kelompok besar yang memilih diam.
Ruchman menuturkan mereka adalah kategori orang-orang yang tidak peduli ketika ideologi negara terancam, ujaran kebencian merajalela, dan lain sebagainya.
“Jangan rela negara kita diinjak-injak, di rongrong, dipecah belah atas nama agama oleh kelompok-kelompok yang intoleran. Kalian adalah kekuatan Indonesia sebagai lapisan intelektual yang paham agama sekaligus paham keindonesiaan dengan wajahnya yang moderat,” tegas dia.
| Baca juga: Batal Kuliah Kedokteran di China, Rahmat Malah Raih Beasiswa MOSMA ke Amerika |
Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id