Mahasiswa ITB Edeline Clarissa Adhidjaja ikut IISMA di National Taiwan University (NTU). DOK ITB
Mahasiswa ITB Edeline Clarissa Adhidjaja ikut IISMA di National Taiwan University (NTU). DOK ITB

Manfaatkan IISMA di National Taiwan University, Mahasiswa ITB Ini Terbitkan Jurnal Internasional

Renatha Swasty • 20 Juni 2025 21:04
Jakarta: Mahasiswa Program Studi Mikrobiologi Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2022, Edeline Clarissa Adhidjaja, berhasil menerbitkan paper ilmiah di jurnal bereputasi Q2, Macromolecular Chemistry and Physics. Pencapaian ini diraih saat mengikuti program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2024 di Taiwan.
 
Program IISMA kerap dimanfaatkan sebagai tempat menjelajahi budaya baru dan memperluas jaringan. Namun, bagi Edeline, Taiwan adalah laboratorium raksasa yang menantangnya melampaui batas keilmuan. 
 
Begitu tiba di Taiwan, Edeline bergegas bergabung dengan laboratorium seorang profesor di National Taiwan University (NTU). Ini sebuah keputusan berani, mengingat bidang riset di sana jauh dari mikrobiologi yang menjadi fokus studinya di ITB. 

Di sini, ia terjun dalam dunia sintesis polimer berbasis radikalisasi, sebuah ranah yang menuntut adaptasi dan pemahaman cepat. Di bawah bimbingan profesornya, Edeline menjadi bagian integral dari tim riset yang tengah mengembangkan manuskrip. 
 
Hasil kolaborasi ini kemudian lahir menjadi publikasi berjudul “Synthesis of Poly(vinyl acetate)-Based Block Copolymers for Highly Stretchable Film by Troponoid-Mediated Radical Emulsion Polymerization”. Penelitian ini bukan sekadar eksperimen biasa. 
 
Mereka memperkenalkan metode inovatif untuk menghasilkan material yang sangat elastis: Poly(vinyl acetate)-Based Block Copolymers. Menggunakan teknik polimerisasi emulsi radikal yang dimediasi oleh troponoid, metode ini lebih ramah lingkungan karena tak melibatkan logam berat atau pelarut organik yang berbahaya.
 
Dari penelitian ini, mereka berhasil menghasilkan material yang sungguh luar biasa, yakni mampu meregang hingga 1507 persen ketika dicetak sebagai film. Ini adalah terobosan signifikan yang menjanjikan pengembangan material dengan sifat mekanik unggul dan potensi produksi skala besar yang lebih berkelanjutan di masa mendatang.
 
Di luar kesibukan riset di NTU, Edeline juga mendapatkan pengalaman akademik di Taipei Medical University (TMU). Ia mengambil empat mata kuliah setingkat S2 dan S3, seperti Medical Photonics, Special Topics in Drug Delivery System, Cancer Biology from Tissue Engineering in Perspective, dan BioMEMS.
 
Baca juga: Era Kampus Berdampak, MSIB dan IISMA Tak Lagi Dibiayai Pemerintah 

"Mata kuliah yang ditawarkan TMU untuk IISMA hampir tidak ada di jenjang S1 (kecuali ingin mengambil komputasi). Oleh karena itu, empat mata kuliah yang kuambil jenjangnya S2/S3," kata Edeline dikutip dari laman itb.ac.id, Jumat, 20 Juni 2025. 
 
Tuntutan perkuliahan dan riset di TMU tak kalah intens. Ia harus mengikuti standar mahasiswa pascasarjana, meskipun statusnya masih mahasiswa S1. 
 
Diskusi kelas yang mendalam, pemahaman konsep rekayasa, dan perannya sebagai asisten riset di bidang Translational Medicine, yakni mulai dari memahami materi dalam waktu singkat untuk diskusi, pengerjaan manuskrip, hingga metode wet lab seperti sandwich ELISA, yang menjadi bagian dari kesehariannya. Bahkan, jarak antara tempat tinggal dan kampus TMU pun menjadi tantangan tersendiri.
 
Edeline mengakui perjalanannya di IISMA tidak selalu mulus. Banyak perspektif orang-orang, IISMA dipakai untuk jalan-jalan. 
 
"Namun, pengalamanku bisa dibilang berbeda atau bahkan kebalikannya," ujar dia. 
 
Ada saat-saat ia merasa iri melihat teman-teman lain bisa menjelajahi berbagai tempat ikonik di Taiwan. Ia sendiri hanya sempat beberapa kali mengunjungi museum seni di Taipei dan sesekali pergi bersama awardees lain di waktu luang.
 
Di balik segala tekanan dan keterbatasan waktu itu, Edeline merasa pengalamannya sangat membentuknya. Ia mendapatkan pemahaman nyata tentang standar akademik dan riset internasional, mulai dari literature review, bekerja sama dalam tim, mengatasi masalah eksperimen (troubleshooting), hingga memahami dinamika industri riset global.
 
Perjalanan Edeline menjadi bukti IISMA bukan hanya tentang pengalaman kultural, tetapi juga arena menguji diri dan memperluas wawasan ilmiah. Sehingga, membentangkan batas-batas kemampuan diri demi mencapai prestasi membanggakan.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan