Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi saat Konferensi Pers Hardiknas 2018.
Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi saat Konferensi Pers Hardiknas 2018.

Hardiknas 2018

Darurat, Pendidikan Nasional Tak Punya Cetak Biru

Citra Larasati • 30 April 2018 17:16
Jakarta:  Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyoroti terjadinya darurat pendidikan yang mewarnai peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2018.  Pendidikan nasional berjalan tanpa cetak biru, sehingga lambat dalam merespon kebutuhan di era disrupsi dan Revolusi Industri 4.0.
 
Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, Unifah Rosyidi menyayangkan belum terlihatnya cetak biru pada pembangunan pendidikan nasional.  "Hingga saat ini cetak biru pendidikan masih belum terlihat," kata Unifah saat konferensi pers Hardiknas 2018, di Gedung Guru, Jakarta, Senin, 30 April 2018.
 
Begitu juga dengan Rencana Strategis (renstra) di bidang pendidikan belum jelas terlihat, padahal masa pemerintahan akan habis di 2019. Paling mencolok saat ini, kata Unifah, masih minimnya respon pemerintah terutama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terhadap kebutuhan pembangunan pendidikan di era Revolusi Industri 4.0.

"Tidak heran pendidikan karakter juga jalan di tempat, karena  bentuk, model, dan strateginya saja belum jelas," terangnya.
 
Unifah memaparkan, bahwa sebuah cetak biru pendidikan harus memiliki skenario optimis.  Dengan kata lain, memperhitungkan berbagai kemungkinan perubahan yang harus dapat direspon melalui kebijakan.  
 
"Karena cetak biru kita belum kelihatan, maka pendidikan belum mampu merespon perubahan yang sedang dramatik terjadi di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)," ungkap Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini.
 
Unifah mengatakan, dengan adanya cetak biru pendidikan, Indonesia akan dapat melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu merespon perubahan cara berpikir, hard skill, dan soft skill.  "Sekarang belum pada tahap ini, kita masih sibuk pada persoalan angka-angka. Contohnya saja, urusan sertifikasi guru yang tidak kelar-kelar, akibat birokrasi dan cara berpikir pembuat kebijakan yang terlalu rumit," tegasnya.
 
Meski begitu, PGRI menyampaikan apresiasi  kepada Kemendikbud, serta Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dalam berbagai keberhasilan penyelenggaraan pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Pendidikan Tinggi.  
 
"Apresiasi terhadap perluasan akses, manfaat Kartu Indonesia Pintar (KIP),  mencegah anak putus sekolah, dan keterbukaan Kemendikbud terhadap  data dan informasi,  juga pengangkatan guru honorer bertahap," papar Unifah.
 
Pemerintah Indonesia menetapkan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) jatuh setiap tanggal 2 Mei setiap tahunnya.  Peringatan ini untuk mengenang hari kelahiran Tokoh pelopor pendidikan sekaligus pendiri Lembaga Pendidikan Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan