Sebenarnya yang terjadi adalah waktu terus berlalu tanpa disadari, tugas menumpuk, ujian tiba lebih cepat dari perkiraan, dan tiba-tiba kepanikan muncul di saat seharusnya kamu merasa tenang. Fenomena ini ternyata disebabkan oleh buruknya manajemen waktu yang dimiliki.
Melansir dari laman Times of India, manajemen waktu bukanlah keterampilan yang bagus untuk dimiliki, tetapi menjadi hal yang wajib untuk bertahan hidup. Keterampilan ini paling efektif jika dipelajari sejak dini oleh para siswa.
Saat melihat orang-orang yang telah berprestasi luar biasa dalam hidup di berbagai bidang, satu hal yang diam-diam menghubungkan mereka adalah mereka belajar bagaimana menghargai waktu sebelum waktu mulai menghukum mereka.
Waktu itu tetap dan tidak bisa ditawar
Salah satu pelajaran pertama yang harus dipelajari siswa adalah bahwa waktu itu tetap dan tidak bisa ditawar. Setiap orang mendapatkan 24 jam yang sama. Perbedaannya adalah bagaimana jam-jam tersebut digunakan.Ketika siswa menyadari scrolling tanpa henti atau menunda tugas mencuri dari diri mereka di masa depan, sesuatu berubah. Tanggung jawab dimulai dari sana. Kemudian muncul perencanaan, bukan jenis perencana yang mewah, hanya mengetahui apa yang akan datang seperti tes, tugas, atau sesi latihan.
Saat siswa merencanakan bahkan secara longgar, mereka berhenti hidup dalam mode reaksi. Mereka tidak lagi terkejut oleh tenggat waktu yang selalu ada.
Pelajaran lain yang dibutuhkan siswa sejak dini yakni tidak semua hal layak mendapat energi yang sama. Beberapa tugas lebih penting ketimbang yang lain. Pekerjaan rumah yang jatuh tempo besok tidak sama dengan proyek yang jatuh tempo bulan depan.
Belajar memprioritaskan menyelamatkan siswa dari kekacauan menit terakhir dan pekerjaan yang ceroboh. Selain itu, multitasking juga bukanlah hal mengesankan, melainkan mengganggu.
Siswa berpikir mereka bisa belajar sambil mengirim pesan, menonton video, dan membalas obrolan grup. Sebenarnya yang terjadi mereka tidak bisa, dan tidak ada dari kita yang bisa. Ketika siswa fokus pada satu hal pada satu waktu, pekerjaan selesai lebih cepat dan lebih baik dengan usaha yang lebih sedikit namun hasil yang lebih baik.
Hal yang perlu disadari tugas besar kerap terasa menakutkan bagi siswa dan itu normal. Belajar untuk ujian terdengar sangat berat, sementara mengulas satu bab terasa bisa dilakukan.
Memecah pekerjaan menjadi potongan-potongan kecil dapat mengubah segalanya karena mengurangi penundaan dan membangun momentum. Karena itu, rutinitas juga berperan penting, bukan rutinitas gaya militer yang kaku, melainkan kebiasaan yang sederhana seperti waktu tetap untuk belajar, waktu tetap untuk bersantai, dan waktu tidur yang tetap.
Itulah penyebab mengapa belajar seharian tapi tetap gagal yang ternyata bukan karena kurang pintar. Semoga menambah wawasan Sobat Medcom, ya! (Bramcov Stivens Situmeang)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News