Kepergian Pakubuwono XIII meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar keraton dan masyarakat Jawa yang mengenalnya sebagai sosok pemimpin. Sebagai raja ke-13 Kasunanan Surakarta, PB XIII dikenal luas sebagai figur yang berperan penting dalam menjaga keberlangsungan tradisi dan budaya Jawa.
Kiprahnya tidak hanya tercermin dalam pelestarian upacara adat dan kesenian keraton, tetapi juga dalam upaya memperkuat eksistensi Keraton Surakarta di tengah perubahan zaman. Berikut adalah profil Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, pewaris takhta Mataram.
Sri Susuhunan Pakubuwono XIII memiliki nama lengkap Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Hangabehi. PB XIII lahir di Surakarta pada 28 Juni 1948 dengan nama kecil Gusti Radin Mas Surya Partana.
PB XIII merupakan putra tertua dari Pakubuwono XII, raja Kasunanan Surakarta sebelumnya dan Gusti Raden Ayu Pradapa Ningrum.
Jejak Pendidikan PB XIII
Sejak muda, PB XIII dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan disiplin. Ia menempuh pendidikan di SD, SMP, dan SMA Negeri 1 Surakarta, lalu sempat melanjutkan kuliah di Universitas Mustopo, Jakarta meski tak sampai selesai karena diminta kembali ke Surakarta.Sebelum naik takhta, ia sempat berkarier di dunia profesional yaitu sebagai eksekutif di ORARI Surakarta, manajer di RAPI dan ia juga pernah bekerja di PT Caltex Pacific Indonesia di Jakarta.
Perjalanan menuju tahta tidaklah mudah. Pada 26 Juni 1979, ia diberi gelar Kanjeng Gusti Pangeran Arya Hangabehi oleh ayahnya, PB XII.
Setelah wafatnya PB XII pada 2004, ia ditetapkan sebagai pewaris tahta berdasarkan wasiat sang ayah dan secara resmi diangkat sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anum Amangku Negara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram pada 24 Juni 2004.
Kemudian, pada 10 September 2004, ia secara resmi dinobatkan menjadi Sri Susuhunan Paku Buwono XIII di Keraton Surakarta. Namun, awal masa pemerintahannya diwarnai konflik internal yaitu terjadinya dualisme kepemimpinan dengan sang adik yang turut mengklaim gelar yang sama.
Selama hampir delapan tahun, keraton mengalami perpecahan. Akhirnya, pada 25 Mei 2012, kedua pihak mencapai kesepakatan damai.
Rekonsiliasi tersebut kemudian diteguhkan secara nasional di DPR RI pada 4 Juni 2012 yang menandai babak baru Keraton Surakarta yang kembali bersatu di bawah kepemimpinan PB XIII.
Dalam menjalankan perannya sebagai raja, PB XIII dikenal sebagai sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan spiritualitas Jawa. PB XIII aktif menjaga kelestarian tradisi seperti Sekaten, Tingalan Jumenengan Dalem, serta berbagai upacara adat dan kesenian klasik keraton.
Di bawah kepemimpinannya, keraton bertransformasi menjadi ruang pelestarian budaya yang terbuka bagi masyarakat, termasuk wisata budaya dan pendidikan.
Diketahui bahwa PB XIII menikah dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pakubuwono yang kemudian diangkat sebagai Permaisuri Keraton Surakarta pada 15 Juni 2012. Dari pernikahan tersebut, beliau dikaruniai seorang putra, Gusti Pangeran Haryo (GPH) Purbaya.
Kepergian PB XIII menandai berakhirnya satu babak penting dalam sejarah Kasunanan Surakarta. Namun, nilai-nilai kepemimpinan, kebijaksanaan, dan dedikasi yang beliau wariskan akan tetap hidup di tengah masyarakat Jawa serta menjadi fondasi bagi penerus takhta. (Syifa Putri Aulia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id