Hal itu diungkap Sekretaris Jenderal International Astronomical Union periode 2006-2009, Prof. Karel A. van der Hucht, dalam presentasinya berjudul “The Early History of The Observatorium Bosscha 1921-2939” dalam peringatan ulang tahun ke-100 Observatorium Bosscha.
Karel mengungkapkan observatorium ini memiliki karakteristik unik sebagai akibat dari letaknya yang dekat dengan ekuator sehingga dapat mengamati kedua belahan bumi bagian utara dan selatan.
Observatorium pertama di Pulau Jawa dibangun sekitar 1760 oleh Pendeta Johan Mohr dari sebuah gereja Portugis yang terletak di Glodok, Batavia. Dalam observatoriumnya ini, Mohr berhasil mengamati terjadinya transit Venus pada 1761 dan 1769 ketika Batavia berada sejalur dengan kedua fenomena tersebut.
Namun, sangat disayangkan, tidak ada yang melanjutkan dan mewarisi semua pekerjaan Mohr. Sehingga, observatorium tersebut menghilang dan perkembangan ilmu astronomi terhenti cukup lama hingga didirikannya Observatorium Bosscha di Jawa Barat.
Observatorium Bosscha yang berdiri sejak 1950 berada di bawah naungan Institut Teknologi Bandung ini memiliki asosiasi yang sangat erat dengan perkembangan budaya teh di daerah Parahyangan, Jawa Barat yang dimulai di sekitar 1824 oleh beberapa keluarga Belanda yang saling terikat di antaranya, van der Hucht, Holle, Kerkhoven, dan Bosscha.
Dia menyebut beberapa anggota keluarga yang berada dalam perkebunan, seperti Karel Bosscha dan Rudolf Kerkhoven juga memiliki ketertarikan dalam bidang ilmiah, terutama astronomi. Dengan ketertarikan tersebut, mereka memutuskan mendirikan salah satu observatorium astronomi terbaik di belahan bumi selatan.
Bosscha dan Kerkhoven kemudian membuat Netherlands-Indies Astronomical Association, sebuah Asosiasi Astronomi Hindia-Belanda di Bandung untuk mendukung gagasan didirikannya observatorium ini.
Kemudian, pada 12 September 1920, mereka mulai merekrut patron, orang terpelajar, dan politikus berpengaruh sebagai anggota asosiasi dengan posisi Karel Bosscha sebagai ketua dan Kerkhoven sebagai sekretaris. Tujuan dari asosiasi ini untuk membangun dan memelihara observatorium astronomi di Hindia Belanda dan mempromosikan ilmu astronomi.
Pada pertemuan dengan pendiri asosiasi, Karel Bosscha kemudian menyampaikan ia akan mendanai pengadaan teleskop yang panjang fokusnya sekitar tujuh meter. Selain itu, Rudolf Kerkhoven juga menyampaikan akan mendonasikan pendulum richter astronomi, refraktor Zeiss, dan mendanai pengadaan teleskop meridian-jarak yang besar.
Selanjutnya, pada 3 Desember 1920, anggota asosiasi menyepakati keputusan untuk meresmikan nama dari observatorium ini sebagai Observatorium Bosscha, yang berasal dari nama salah seorang fisikawan Belanda, Johannes Bosscha, yang juga merupakan ayah dari Karel Bosscha.
Daerah Lembang yang berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut dan terletak 40 km di utara Bandung, tepat di selatan Gunung Tangkuban Perahu kemudian dipilih sebagai lokasi untuk pembangunan observatorium ini.
Proses konstruksi gedung pertama observatorium berjalan lancar sehingga pada 1 Januari 1923 dengan dihadiri oleh Gubernur Jenderal Fock, observatorium ini resmi dibuka. Pada tahun yang sama dengan tahun mulai beroperasi, observatorium ini diwariskan perpustakaan astronomi pribadi milik Prof. van de Sande Bakhuyzen yang merupakan seorang direktur di Observatorium Leiden.
Setelah itu, secara bertahap, dilakukan pengadaan alat seperti refraktor ganda dan alat-alat lain. Termasuk, pengadaan patung dari Bosscha yang dianggap telah memberikan banyak kontribusi untuk Hindia-Belanda terutama di bidang astronomi.
Meskipun perkembangannya relatif cepat, di tahun-tahun awal berdiri, observatorium ini tidak mampu menghasilkan banyak pencapaian astronomi karena kurangnya personel yang berada di dalam lingkungan observatorium.
Kemudian, tidak lama setelah observatorium ini rampung, pada 26 November 1928, Karel Bosscha meninggal dunia di perkebunan teh miliknya di daerah Malabar sehingga posisi ketua dari asosiasi digantikan oleh Rudolf Kerkhoven hingga ia pensiun di 1935.
“Semoga semua direktur dan pegawai dapat merayakan peringatan 100 tahun Observatorium Bosscha dengan baik dan semoga sukses selalu untuk mempromosikan astronomi di Indonesia,” ucap Karel saat mengakhiri presentasinya di acara peringatan 100 tahun berdirinya Bosscha dikutip dari laman itb.ac.id, Selasa, 31 Januari 2023.
Baca juga: Selamat! Direktur Observatorium Bosscha Terima Penghargaan Bergengsi Royal Astronomical Society |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id