Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Anindito Aditomo. DOK IG @ninoaditomo
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Anindito Aditomo. DOK IG @ninoaditomo

Kurikulum Merdeka

Masih Banyak yang Belum Tahu, Nilai KKM Sudah Dihapus Lho!

Renatha Swasty • 17 Juli 2023 13:05
Jakarta: Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Anindito Aditomo (Nino), menyebut masih banyak yang belum tahu terkait nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dia menegaskan sudah tidak ada lagi nilai KKM.
 
"Banyak yang belum menyadari bahwa KKM sudah hilang dari regulasi kita. Jadi, sudah tidak ada lagi KKM," kata Nino dalam siaran Live Instagram 'Tanya Nino' terkait Kurikulum Merdeka di Instagram @ninoaditomo dikutip Senin, 17 Juli 2023.
 
KKM merupakan nilai minimun yang harus dicapai semua siswa sebelum dia dianggap tuntas pembelajarannya. Misalnya, di satu sekolah KKM untuk Matematika 80, jadi semua murid harus nilainya minimal 80.

"Ini sudah kita hapus. Kenapa kita hapus? Karena ini mereduksi pembelajaran jadi angka-angka semata yang kemudian menjadi tidak bermakna. Tujuan kita dalam pembelajaran adalah progres. Murid menjadi lebih paham apa yang dipelajari, dibandingkan dia masuk di kelas," kata Nino.
 
Pihaknya mendorong murid menjadi lebih cinta pada pengetahuan yang dia pelajari, murid menjadi lebih senang belajar, murid menjadi lebih terampil bisa melakukan apa yang tadinya tidak bisa. Nino mengatakan apabila dipaksakan semua murid mencapai angka tertentu, kenyataannya murid bervariasi kemampuannya.
 
Sehingga sulit diharapkan dan tidak realitis berharap semua murid untuk mencapai nilai tertentu di semua mata pelajaran. Nino menyebut murid berbeda-beda motivasi, berbeda-beda minat dan bakat, berbeda-beda kesempatan belajarnya, effort, dan usaha yang dilakukan di satu semester.
 
Karena itu, apabila dipaksakan semua murid harus mencapai nilai minimal yang tinggi di semua mata pelajaran, yang terjadi nilai tidak lagi menampilkan kemampuan murid yang sesungguhnya.
 
"Dengan kata lain ada inflasi nilai dari tahun ke tahun, nilainya dinaikkan KKM-nya seolah-olah semua murid sudah mengusai dengan baik semua yang dajarkan, materi pembelajaran yang mereka pelajari. Padahal apakah demikian? Kemungkinan besar jawabannya tidak," ujar Nino.
 
Dia mengatakan selalu ada variasi nilai siswa dan itu tidak masalah. Nino menegaskan tidak masalah ada murid yang, misalnya nilai Matematiknya 6 atau 7. Asalkan, niali 6 atau 7 memang mencerminkan kemampuan Matematika murid yang sesungguhnya.
 
"Kedua, nilai di akhir semster 6 tau 7 itu lebih bagus dari di awal semester. Yang salah kalau di awal semester nilainya 6 atau 7 di akhri semester nilainya 6 atau 7. Nah ini yang salah gurunya. Artinya tidak ada proses pembelajaran," tegas Nino.
 
Dia mengatakan di Kurikulum Merdeka, di standar penilaian baru KKM dihapus agar murid belajar. Tujuannya, semua murid menjadi lebih cakap, lebih terampil, lebih senang belajar dibandingkan dengan di awal semester dan di rapor adalah nilai sesunagguhnya, nilai yang mencerminkan kemampuan di akhir semester.
 
"Enggak perlu berlomba-lomba lagi memberikan setinggi-tingginya bagi murid. Ini sekali lagi hasilnya adalah satu, inflasi nilai. Nilainya semua tinggi, semua anak tinggi tapi tidak dipercaya oleh orang lain nilainya," ujar Nino.
 
Dia mencontohkan banyak perguruan tinggi melakukan diskon terhadap nilai rapor SMA. Ini karena kampus melihat nilai siswa tinggi tapi setelah diterima kuliah tidak siap, tidak sesuai dengan nilai tingginya.
 
"Sehinggga nilai tinggi diberikan pada murid pun percuma. Itu akan tidak dipercaya oleh pengguna lulusan kita dan akan didiskon," beber Nino.
 
Nino menyebut masalah lebih mendasar kita mengajarkan ketidakjujuran pada anak-anak kita. Jadi, kata dia, mulai sekarang harus mengubah mindset dan paradigma. Penilaian harus lebih jujur, objektif, dan terpenting anak mengalami progres belajar dibandingkan dengan awal semester.
 
"Sudah tinggalkan saja praktik penilaian yang mengatrol nilai supaya semua anak mendapatkan nilai yang tinggi. Tapi pada akhirnya itu tidak jujur dan tidak dipercaya juga oleh pengguna lulusan," ujar Nino.
 
Baca juga:  Kurikulum Merdeka Belajar: Pengertian, Tujuan, Karakteristik, hingga Prinsip Dasarnya

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan